Lihat ke Halaman Asli

Indra Rahadian

TERVERIFIKASI

Pegawai Swasta

RA Kartini, Pernikahan Dini dan Mimpi yang (Belum) Sempurna

Diperbarui: 24 April 2021   11:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi RA Kartini /Gambar: subpng.com

"Saat membicarakan orang lain, Anda boleh saja menambahkan bumbu. Tapi pastikan bumbu yang baik." (RA Kartini, 1879 - 1904)

BILA RA Kartini hidup di masa kini, mungkin beliau adalah influencer paling bawel di media sosial. Betapa tidak. Kian banyak perempuan yang menyia-nyiakan masa muda, hanya untuk sebuah sensasi tanpa esensi. Di saat sebagian perempuan lain, membutuhkan dukungan untuk keluar dari belenggu dan eksploitasi di kanan-kiri. 

Karena gaya hidup hedonisme di media sosial kian memprihatinkan. Alih-alih memotivasi, banyak kaum perempuan terjebak dalam eksploitasi, bullying dan pelecehan seksual. 

Lebih buruk lagi, saat kaum perempuan kerap menjadi target kekerasan fisik. Seperti yang dialami perawat perempuan di rumah sakit swasta di Palembang. Tindakan pecundang akibat emosi sesaat, kilah pelaku. 

Namun jutaan orang tidak menyadari. Kasus kematian ibu paska bersalin, dan hilangnya kesempatan memperoleh pendidikan tinggi bagi perempuan. Akibat pernikahan dini atau pernikahan dipaksakan. Dimana hal itu, turut menyumbang angka kematian ibu dan angka perceraian setiap tahun di Indonesia. 

Angka kematian Ibu pada tahun 2015, mencapai 305 jiwa per 100.000 kelahiran. (Sumber: Profil Kesehatan Indonesia 2019/Kemenkes RI)

Mengambil studi kasus pada kematian ibu bersalin di Kabupaten Cirebon. Berdasarkan tingkat pendidikan; dari 49 Kematian Ibu, terdapat 2 (tidak tamat SD), 24 (tingkat SD), 10 (tingkat SMP), 13 (Tingkat SMA). Dapat disimpulkan bahwa, tingkat pendidikan menopang tingkat kesehatan Ibu. (Sumber: Kajian Partisipasi Organisasi Perempuan Dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu di Provinsi Jawa barat, tahun 2016. /Kemen PPPA RI)

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2018 BPS. Angka perkawinan anak di Indonesia, mencapai 1,2 juta. Dari jumlah tersebut, proporsi perempuan umur 20-24 tahun yang berstatus kawin sebelum umur 18 tahun adalah 11,21% dari total jumlah anak, artinya sekitar 1 dari 9 perempuan usia 20-24 tahun menikah saat usia anak. (Sumber: Siaran Pers Nomor: B-018/Set/Rokum/MP01/02/2020 /Kemen PPPA RI)

Pernikahan dini, tingkat pendidikan dan kesetaraan gender bagi perempuan. Terkait erat dengan tingkat kesehatan. RA Kartini akan terheran-heran melihat fakta, bahwa nasib perempuan Indonesia belum sepenuhnya lepas dari belenggu yang sama pada masanya. Baik dilihat dari tingkat pendidikan dan kesehatan. 

Sayangnya, beliau tutup usia di masa muda. RA Kartini melepaskan mimpi dan cita-cita dalam kondisi yang masih belia. Pada tahun 1904, di usia 25 tahun. Yakni pada hari ke-4 paska proses persalinan. Namun harapan dan gagasan luhur beliau, tetap abadi dan membumi sepanjang zaman. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline