"Kapuas, indah menari-nari di garis khatulistiwa. Membelah kota bersinar, Pontianak. Rumah bagi burung-burung Enggang beragam jenis."
SINAR mentari membelai seribu sungai, melewati hutan belantara menuju muara. Kalimantan Barat, tempat Enggang Gading tinggal. Kota dan hutan rimba, hidup berdampingan.
Jeni Si Burung Layang-Layang menyusuri Sungai Kapuas, guna mencari Enggang Gading. Ia terkesima, melihat Enggang melayang di atas kabut pagi.
Terbang di atas hamparan hutan hijau nan luas. Rentang sayapnya besar, dengan cula di kepala. Kemudian menukik, dan hinggap di pohon Ara di pinggir sungai.
"Hey, tunggu. Engkau bukan Enggang Gading, perlambang Kalimantan Barat yang termasyhur. Kau adalah Enggang Badak yang keren."
Enggang Badak, bertengger di atas dahan. Ia mengepak sayap, lalu menatap Jeni dengan seksama. Kemudian bertanya, "apa yang kaucari, hai burung mungil?"
"Aku mencari Enggang Gading," jawab Jeni.
"Lama sekali, aku tak bersua dengannya. Mungkin, kau bisa menemukannya lebih dalam ke hutan atau di kebun binatang."
Enggang Badak kembali terbang, suara pasangan betina memanggil dari kejauhan. Tinggallah Jeni sendiri di pohon Ara.
"Kemana lagi harus kucari?" gumam Jeni Si Burung Layang-Layang.
Saat Jeni hendak terbang, seekor Owa baru saja memanjat pohon. Iapun kembali bertanya, keberadaan Enggang Gading yang dicari-cari.