Banjir tahunan, selalu membayangi daerah pemukiman padat penduduk. Pada akhir tahun dan awal tahun, banjir menjadi sesuatu yang lumrah. Biasanya, ditandai dengan curah hujan yang tinggi.
Batam, Minggu (10/1). Reportase dadakan dilaksanakan oleh rekan kerja. Laporan langsung, kondisi daerah tempat tinggalnya yang mengalami banjir. Hal ini, mengundang simpati sekaligus tanya. Karena banjir yang dialami, bukanlah yang pertama kali.
Di daerah Batu Besar Nongsa-Batam, banjir cukup merata. Kondisi hujan yang tak kunjung reda, memaksa warga tetap siaga.
Intensitas hujan yang turun selama 10 hari berturut-turut di Batam. Dengan curah hujan yang tinggi dan kenaikan debit air pasang laut. Menjadi alasan terjadinya banjir.
Menurut prakiraan BMKG, kondisi yang sama masih akan berlangsung hingga Februari 2021. Total kumulatif curah hujan di perkirakan 151-200 milimeter (mm).
Bagi masyarakat Batam, hujan adalah berkah. seringkali dinantikan untuk mengisi persediaan air di Waduk Sei Ladi, Waduk Ladi, Waduk Duriangkang, dan Waduk Sei Harapan. Memastikan, pasokan air tawar terjaga sepanjang tahun.
Begitupun bagi kehidupan, hujan memastikan kelangsungan pertanian, kehutanan dan air bersih untuk manusia.
Di wilayah lain, mungkin hujan kerap disebut cuaca buruk. Turunnya hujan, seringkali diasosiasikan dengan ancaman banjir.
Padahal "cuaca buruk" adalah istilah untuk kondisi cuaca yang berpotensi menimbulkan kerusakan dan ancaman kehidupan. Biasanya, dipakai pada istilah pelayaran dan penerbangan. Kondisi hujan normal, tidak dapat diberikan label cuaca buruk.