Lihat ke Halaman Asli

Indra Rahadian

TERVERIFIKASI

Pegawai Swasta

Cerpen: Serenade, Senja dan November

Diperbarui: 21 November 2020   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi by Pixabay

STEVEN meletakkan gitarnya tergesa-gesa, kemudian turun dari atas sebuah panggung yang sesak dengan ribuan penonton.

Malam itu, ia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan, hobi dan jalan hidupnya, berlari mengejar sebuah takdir yang menunggu diujung senja.

Jodoh bukanlah sesuatu yang bisa diprediksi, kadang sebuah hubungan yang sekuat tenaga diperjuangkan, nyatanya hanya sebatas singgah pada rangkaian kehidupan.

Bandung, November 2007

Semangkuk mie ayam mengobati suasana hati Mei yang baru saja putus dari pacarnya, pada jam istirahat disebuah kantin sekolah menengah atas di kota Bandung.

"Ehmm, Smeell Like Teen Spirit, begajul ah," gumam Mei.

Samar terdengar suara petikan gitar dari dalam studio musik sekolah, berbatas tembok kantin tanpa peredam suara yang baik.

"Eh, udah ganti nih Trully Madly Deeply, asik juga," kembali Mei bergumam sendiri.

Piyung yang memperhatikan gelagat aneh Mei, menggeleng-gelengkan kepalanya dan berkata, "habisin cepetan, udah mau masuk nih."

"Masuk kemana, keluar aja belum," jawab Mei asal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline