Di desa ijoroyo, ramai berhembus isue adanya kunyang, hantu yang konon berasal dari praktek ilmu hitam, membuat para penduduk takut keluar malam, pengajian anak-anak desa, yang biasanya dilaksanakan sehabis magrib, kini diadakan pada sore hari, karena ibu-ibu takut anaknya menjadi korban.
Petang itu, amir dan pak darmo sedang menggarap kebun singkong, disamping desa ijoroyo, hamparan perkebunan yang luas dilereng bukit, ditanami aneka palawija dan pohon beranekaragam, disebelah timur hutan luas membentang.
Hingga lewat pukul enam tiga puluh sore, suasana sepi diiringi bunyi jangkrik merambat gelap, namun obrolan-obrolan disela aktivitas mereka belum juga usai.
"Pak, kapan bapak mau nikahin emak saya?." Tanya amir sambil mencabut cangkul pada tanah didepannya.
"Sabar mir, kebun ini kan belum laku". Jawab pak darmo enteng.
Amir meletakkan cangkulnya dan mengambil kendi, minum agak terburu-buru, sampai-sampai airnya tumpah membasahi badannya sendiri.
Sedikit gelagapan, amir kembali bertanya, "emak saya tak butuh uang pak, cukup surat, biar tak malu, terus menerus jadi gunjingan tetangga".
"Aku sama emakmu mau pindah dari desa ini mir, nah... kamu, nanti yang urus rumah penginggalan bapak mu". Jawab pak darmo.
Pak darmo pun melepas lelah, mengelap keringat dikeningnya, lalu duduk sembari mengipas-ngipas capingnya.
"Emakmu yang mau, kebetulan anakku dikota sudah sukses, dia bantu carikan rumah disana, makanya aku jual kebun ini mir, kalau ada sisa, buat modal berdagang". Kata pak darmo melanjutkan.