Tidak peduli seberapa besar perahu atau bahtera yang mengarungi dunia bisnis, badai COVID 19 nyatanya menjadi gelombang besar perjuangan di masa sulit. Perjuangan ini tidak menghentikan perahu-perahu kecil usaha rumahan yang tampak lincah mendayung, tetapi tetap perih menahan kencangnya goncangan. Mungkin sebagian dari kiasan di atas yang mewakili kondisi perekonomian komunitas masyarakat bisnis kecil atau UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) di masa pandemi ini. Nyatanya, ada banyak pelajaran di masa lalu yang bisa membuat kita tetap kuat. Pelajaran-pelajaran mengayuh di masa sulit. Pelajaran dari JNE: Jejak Nekat Entrepreneur.
Data dari Kementerian Koperasi dan UKM 2020 menjelaskan terdapat lebih dari 64 juta UMKM di seluruh Indonesia pada tahun 2018. Dari data tersebut, 99% di antaranya masuk dalam kategori usaha mikro. Usaha mikro yang terdefinisi sebagai usaha dengan penjualan maksimal 300 juta per tahun ini, nyatanya menyerap lebih dari 117 juta tenaga kerja. Angka yang sangat besar terutama jika dibandingkan dengan jumlah populasi usia produktif di Indonesia. Tak ayal setiap guncangan yang terjadi pada usaha mikro di Indonesia, berarti akan berdampak pada ratusan juta masyarakat produktif di Indonesia dan berdampak langsung pada anggota keluarga mereka.
Dampak yang dihasilkan terhadap pendapatan UMKM di tahun 2020 pun diprediksi negatif oleh banyak pengamat ekonomi di Indonesia. Catatan dari ASEAN SME Transformation Survey 2020, menjelaskan bahwa sekitar 71% dari seluruh responden penelitiannya akan mengalami sedikitnya penurunan pendapatan sebesar 10%. Dari angka tersebut setengahnya bahkan diprediksi akan turun hingga 25% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini menjadi bukti nyata bagaimana UMKM terombang-ambing berusaha mempertahankan bisnis dan hidupnya pada saat bersamaan.
Secara mikro, saat ini tak jarang kita melihat banyaknya pelaku usaha yang berusaha tetap berdiri dan berjalan tertatih-tatih. Dengan keterbatasan mobilitas yang ada membuat mereka harus berpikir berkali lipat untuk menemukan cara yang tepat untuk tetap bertahan. Untungnya, beberapa instrumen teknologi sudah tersedia sehingga memberikan pilihan alat untuk bertahan. Teknologi ini termasuk di dalamnya adalah perangkat dan platform digital berupa integrated e-commerce dengan fitur-fitur yang memudahkan mereka untuk lebih menggeliat meski sulit bergerak bebas. Salah satunya adalah kemudahan dalam mengakses sumber daya dan pelanggan dengan penyedia jasa logistic terpercaya dan berteknologi tinggi seperti JNE. Pertanyaanya adalah seberapa siap mereka menjadi adaptif dan memanfaatkan keunggulan teknologi ini? Apa yang bisa mendorong mereka untuk banting setir dan merubah persepsi literasi teknologi mereka?
Berbekal dari kajian saya terhadap pembentukan karakter Wirausahawan (Entrepreneur) beberapa tahun lalu, saya menemukan sebuah model karakter Entrepreneur dalam komunitas masyarakat suku Karo di Jakarta. Dari sekian banyak variabel yang saya temukan dari kajian Entrepreneur UMKM yang sukses, ada satu karakter yang menurut saya perlu dikembangkan di masa sulit seperti ini. Kegigihan seorang Entrepreneur adalah kata kuncinya. Kegigihan bukan hanya pada saat memulai tetapi pada saat menjalankan dan mempertahankan bisnisnya. Lalu apa yang membuat kegigihan ini bisa tetap dipertahankan dan selalu ada? Ternyata satu kata, Nekat.
Dengan rasa peduli dan prihatin yang besar, saya memberanikan diri untuk berkontribusi dan berbagi membangkitkan Nekat ini. Lewat komunitas saya di Jakarta, saya mengumpulkan beberapa Entrepreneur yang sudah sukses melewati gelombang bisnis selama lebih dari satu dekade. Kami mempersiapkan diri untuk menginisiasi sebuah webinar yang memberi motivasi kepada usaha-usaha kecil yang masih bertahan. Sebenarnya pada waktu ini ada banyak cara menyantuni mereka yang terdampak, tapi dengan apa yang saya dan rekan-rekan saya miliki, kami berusaha memberikan alat pancing dan kail berupa Nekat untuk berubah dan menjadi lebih gigih di masa pandemi ini.
Nekat yang kami berikan adalah bagaimana usaha-usaha kecil ini dapat merubah pola pikir mereka tentang mengadaptasi perubahan teknologi. Kami memulai dengan mengidentifikasi apa tantangan terbesar mereka untuk menjadi lincah. Dan ternyata benar bahwa ketakutan untuk gagal ketika mentransformasikan metode kerja mereka bisa menjadi tantangan terbesar dalam mempertahankan bisnis mereka. Kami mengambil contoh dari jejak-jejak pelaku bisnis yang masih bertahan. Dari sana, kami menekankan pada Kenekatan untuk berubah adalah kunci untuk tetap mampu mengarungi lautan bisnis di tengah tantangan yang ada. Kenekatan lainnya adalah untuk membuka peluang selebar-lebarnya usaha mereka. Ketakutan mereka adalah tidak dapat mengakses pelanggan yang letaknya berjauhan dari lokasi mereka saat ini. Pun mereka khawatir untuk mendatangkan barang ke lokasi mereka dari daerah di kampung halaman untuk dipasarkan di Ibukota. Salah seorang Entrepreneur kami pun angkat suara menjelaskan ia nekat untuk menggunakan jasa pengiriman JNE dan terbukti hingga sekarang masih menggunakannya. Ternyata Nekat tetap menjadi kunci untuk memulai yang baru dan Nekat untuk berubah di masa sulit ini adalah kunci bertahan.
Nekat ternyata adalah tentang berani berubah. Seorang penara sumber dalam acara webinar kami menjelaskan bahwa ia menerima banyak masukan dan komentar-komentar dari sekelilingnya. Ini tidak hanya terjadi pada saat baru membangun bisnis, bahkan terjadi pada saat gelombang krisis terjadi. Dalam kondisi ini, masukan-masukan ini banyak yang mengandung dukungan tetapi banyak pula yang menghasilkan kebingungan. Nekat adalah berani mengambil keputusan, dan keputusan yang diambil seringkali adalah tentang berubah setelah memilah masukan-masukan yang ada. Tentu ada resiko yang mungkin timbul dari keputusan untuk berubah, tetapi jika tidak mencoba maka resiko itu hanya berupa asumsi saja. Itu yang mereka namakan sebagai nekat.
Terdapat sekitar 50 peserta dalam acara webinar yang kami inisiasi. Banyak pertanyaan yang mereka lontarkan dan bersumber dari kegelisahan atas kondisi saat ini. Kami menyadari memberikan contoh jejak dan pengalaman Entrepreneur yang bertahan di masa sulit tidaklah cukup dilakukan sekali. Jejak ini perlu ditelusuri dan diperlihatkan lagi kepada mereka dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk membuat jejak sendiri. Nyatanya, keadaan yang tidak menguntungkan seperti saat ini patutlah disikapi dengan positif. Gelombang besar dan kecil akan selalu menghantui pelaku usaha ini. Tetapi dalam rupa apapun gelombang itu, tetap saja akan ada jalan keluarnya. Seperti halnya penelusuran Jejak Nekat Entrepreneur ini kami berikan, kami percaya ada banyak hal lainnya yang dapat kami lakukan seperti halnya pembinaan dan mentoring yang akan kami lanjutkan dari acara webinar tersebut. Jejak Nekat Entrepreneur ini adalah wujud dari memberi, berbagi, dan menyantuni ilmu yang akan harapannya akan kekal abadi. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H