Lihat ke Halaman Asli

Indra Darmawan

Reguler Citizen

Surat Terbuka SBY Jelang Pemilu

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="alignnone" width="462" caption="Cuplikan 1 (diambil dari Instagram @aniyudhoyono)"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="469" caption="Cuplikan 2 (diambil dari Instagram @aniyudhoyono)"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="468" caption="Cuplikan 3 (diambil dari Instagram @aniyudhoyono)"][/caption] [caption id="" align="alignnone" width="471" caption="Cuplikan 4 (diambil dari Instagram @aniyudhoyono)"][/caption]

Saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air.

Esok hari, 9 April 2014, bangsa Indonesia akan kembali menentukan masa depannya, setidaknya untuk masa 5 tahun ke depan, melalui Pemilihan Umum Legislatif 2014. Sebagai seseorang yang telah hampir 10 tahun memimpin bangsa ini, dan sebagai Presiden yang akan segera mengakhiri masa jabatan yang saya emban, saya menyerukan agar semua warga negara yang memiliki hak pilih, menggunakan haknya dengan sebaik-baiknya.

Pada saat yang sama, saya juga mengajak semua pihak untuk dapat bersama-sama melaksanakan, menjaga dan mengawasi pemungutan suara esok hari agar dapat berjalan dengan aman, tertib, lancar, jujur dan adil. Jika Pemilu 2004 dan Pemilu 2009 dapat berjalan dengan baik, maka insya Allah Pemilu 2014 ini akan berlangsung lebih baik lagi.

Perjalanan bangsa 10 tahun terakhir ini telah banyak menghasilkan kemajuan dan capaian, sekalipun saya akui masih ada pula tantangan dan permasalahan yang belum dapat kita selesaikan sepenuhnya. Tugas dan kewajiban pemimpin dan pemerintahan mendatang adalah menjaga dan melanjutkan semua yang sudah baik, dan memperbaiki hal-hal yang belum baik.

Marilah kita doakan Presiden kita mendatang beserta pemerintahan yang dipimpinnya, serta wakil-wakil rakyat yang akan duduk di parlemen, dapat menjalankan amanah dan mandat rakyat sebaik-baiknya, demi masa depan Indonesia yang lebih baik. Semoga pemimpin mendatang mencintai rakyatnya; dan dengan tulus dan penuh kesungguhan bekerja keras untuk memajukan kehidupannya.

Sekian pesan dan ajakan saya, dan selamat menggunakan hak pilih saudara-saudara semua pada 9 April 2014 esok. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah Swt, senantiasa melimpahkan rahmatNya kepada bangsa Indonesia yang kita cintai bersama.

Presiden Republik Indonesia

Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono

Di atas adalah surat cinta yang ditulis Presiden Republik tercinta ini, SBY. Saat membacanya, penulis mendapat berbagai kesan sekaligus menakar-nakar pesan apa yang hendak beliau sampaikan. Mendapatinya dipos di akun Instagram istri beliau, penulis langsung mengeposkannya di sini. Memang sudah agak lama penulis tak mencurahkan dan bertutur opini di sini, Kompasiana. Namun untuk kali ini, izinkanlah penulis mencerecau lagi.

Pak Bambang, demikian penulis lebih suka menyebutnya, menulis dalam surat terbukanya bahwa masa jabatannya akan berakhir. Terasa lelah mungkin baginya seperti yang tertera pada paragraf kedua kalimat kedua. Sepuluh tahun lamanya menjadi seorang penguasa di tanah air.

Pada paragraf ketiga, Pak Bambang berdoa agar pemilu yang digelar dapat berjalan dengan baik, tertib, jujur, dan adil. Semoga saja.

Nah, pada paragraf keempat ini penulis sedikit terperangah dengan diksi yang digunakan Pak Bambang. Kenapa? Kalau dicermati, isi paragraf keempat berisi sisi positif dan negatif pemerintahan Pak Bambang. Syukurnya Sang Presiden tersayang kita mau mengakui ada sisi negatif atau kekurangannya. Tidak banyak lho pemimpin yang mau dan merasa khilaf. Patut diapresiasi. Akan tetapi disebutkan sepuluh tahun masa bangsa berhasil dengan berbagai kemajuan dan capaian. Memangnya umur bangsa Indonesia hanya sekadar sepuluh tahun saja? Atau, apa benar sebelum sepuluh tahun itu bangsa ini tak banyak menghasilkan kemajuan dan capaian? Oh, rupanya kita paham bahwa sepuluh tahun yang ditulis dimaksudkan atas masa kepemimpinan Pak Bambang yang dua periode itu.

Namun ketika Pak Bambang menyebut permasalahan dan tantangan dhamir (kata ganti) yang digunakan adalah ‘kita.’ Dari ragam diksi ini dapat disimpulkan bahwa Pak Bambang menganggap ketika berhasil dan sukses adalah hasil kerja kerasnya dan saat masih ada kekurangan dan kegagalan ia merangkul rakyat untuk turut serta menanggungnya bersama. Begitukah pesan yang ingin disampaikan? Entahlah. Kalau bukan, mengapa redaksinya harus dibuat sedemikian rupa. Setidaknya itu kesan yang penulis rasakan. Depok, 9 April 2014




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline