Perhelatan kompetisi kasta kedua liga Indonesia, Liga 2 2018 telah memasuki babak 8 besar. Delapan klub yang lolos ke babak 8 besar Liga 2 itu terdiri empat dari Wilayah Barat dan empat dari Wilayah Timur.
Dari Wilayah Barat diwakili oleh, Semen Padang, Persiraja Banda Aceh, Persita Tangerang, dan Persis Solo. Sedangkan dari Wilayah Timur, keempat klub yang lolos adalah PSS Sleman, Madura FC, Kalteng Putra, dan PS Mojokerto.
Satu tim menjadi jagoan saya di babak 8 besar ini yakni tim dari Tangerang, Persita Tangerang. Tim berjuluk Pendekar Cisadane ini bukan tim sembarangan, rekam jejaknya di pentas tertinggi liga Indonesia cukup mengkilap.
Berdiri pada 19 Mei 1940, klub yang identik dengan warna ungu ini pada 2002 sempat menjadi runner up Divisi Utama Liga Indonesia. Dimotori sejumlah pemain top seperti bomber sumber Ilham Jaya Kusuma, Zaenal Arif, Firman Utina, serta gelandang pekerja keras asal Liberia, Anthony Ballah, Persita begitu perkasa di musim itu.
Berada di Wilayah Barat bersama sejumlah tim kuat seperti Arema Malang, Persija Jakarta, PSMS Medan, serta tim sekota, Persikota Tangerang, Persita yang kala itu diarsiteki pelatih bertangan dingin, Benny Dollo mampu lolos sampai ke babak final. Sayang di babak final, Persita harus takluk dengan Petrokimia Putra dengan skor tipis 2-1.
Kejayaan Persita Tangerang saat itu tak lepas dari sosok penting Drs Mochammad Thamrin yang kala itu memimpin kota Tangerang. Pada tahun-tahun tersebut, klub di Liga Indonesia memang tak bisa lepas dari pemerintah kota dan provinsi, pasalnya dana operasional mereka sebagian besar diperoleh dari dana APBD.
Setelah peraturan soal profesionalisme klub yang bermain di Liga Indonesia dan M Thamrin tak lagi memimpin kota Tangerang, Persita pun mengalami masa suram. Persita kesulitan mendapat dana dari sponsor.
Kondisi itu diperparah saat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Tangerang mengeluarkan fatwa haram sepakbola di Tangerang akibat kisruh antara suporter Tangerang yang dikenal dengan sebutan Viola Tangerag dengan sejumlah basis suporter lain seperti dengan basis suporter Persikota Tangerang.
Persita pun harus kesusahan untuk bertahan di Liga Indonesia. Puncaknya tentu saja saat Persita harus turun kasta pada 2014 lalu. Prestasi ini mengulang apa yang mereka rasakan pada musim 1998/99 saat harus degradasi ke Divisi 1 Liga Indonesia.
Meski harus berkutat di kasta kedua Liga Indonesia, tim Persita tak patah arang. Masalah homa base akibat fatwa MUI yang belum dicabut itu pun coba di selesaikan dengan memilih Stadion Maulana Yusuf di Serang Banten sebagai markas mereka. Persoalan sponsor pun coba untuk diselesaikan oleh manajemen klub.
Pada Maret 2017 lalu, Persita seperti dikutip dari antara.com berhasil mendapat sponsor dari perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi, PT Yasa Patria Perkasa. Sponsor ini didapat Persita menjelang detik-detik kick off Liga 2 pada musim ini.