Lihat ke Halaman Asli

Galih Prasetyo

TERVERIFIKASI

pembaca

Menguji Suara Suporter Soal Ketegasan PSSI di Kasus Kanjuruhan

Diperbarui: 8 Oktober 2018   00:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

suporter sepakbola | sidomi.com

Baru sepekan Liga 1 2018 dihentikan oleh PSSI sebagai eskses dari meninggalnya salah satu suporter Persija, Harlingga Sirla pada akhir September 2018 lalu, peristiwa yang mencoreng sepakbola Indonesia kembali terjadi akhir pekan ini.

Derby Jatim yang mempertemukan dua tim kuat, Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu 06 Oktober 2018 harus diwarnai dengan sejumlah insiden negatif. Meski tak sampai memakan korban jiwa, insiden yang terjadi di Stadion Kanjuruhan justru makin membuat pesimis banyak pihak soal keinginan untuk mendamaikan antar suporter sepakbola.

Suara-suara mayoritas masyarakat yang ingin tak ada lagi kejadian seperti Harlingga di kemudian hari hanya karena rivalitas antar suporter tak tercermin di Kanjuruhan. Sebelum laga saja sudah terjadi banyak insiden yang sangat memalukan.

Mulai dari masuknya sejumlah suporter ke dalam lapangan di saat pemain Persebaya tengah lakukan pemanasan, sampai aksi tak etis buang air kecil di depan gawang. Dikutip dari laporan jawapos.com, irijen Aremania, Yuli Sumpil dan salah satu rekannya tiba-tiba turun ke lapangan dan mendekati pemain Persebaya yang tengah lakukan pemanasan.

Yuli lalu membuang lembaran uang Rp 100 dan 50 ribu. Bukan hanya itu saja, salah seorang Aremania yang mengenakan kaos hitam dan celana jeans juga mengencingi gawang.

Selain itu, sejumlah chant dan nyanyian bernada kebencian pun dilaporkan masih terdengar nyaring di Kanjuruhan. Pun dengan aksi pelemparan botol kepada pemain dan official Persebaya. Tak hanya itu, setelah laga yang dimenangkan oleh Arema FC lewat gol dari Ahmad Hardianto, sejumlah suporter lagi-lagi turun ke dalam lapangan. Seorang suporter malah menyobek sebuah bendera bergambar logo Persebaya di hadapan skuat Bajul Ijo.

Di dunia sosial media juga tersebar sejumlah video aksi pengeroyokan kepada orang yang disangka sebagai pendukung Persebaya, meski korban kabarnya berhasil diselematkan oleh aparat keamanan. Apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan pun membuat malu banyak pihak, utamanya PSSI sebagai federasi yang merasa yakin keputusan sanksi kepada Persib akibat kasus Harlingga akan menimbulkan efek jera ke klub dan suporter lain. Fakta berbicara lain di Kanjuruhan.

Tidak mengherankan jika kemudian publik sepakbola nasional lantas beramai-ramai menuntut ketegasan PSSI di kasus ini, termasuk pihak-pihak yang beberapa waktu lalu bersuara lantang di kasus Persib melakukan hal serupa di kasus Kanjuruhan.

Menariknya di laga tersebut, sejumlah petinggi PSSI hadir menonton dan ketika ditanya para pewarta mengenai insiden tersebut, jawaban yang diberikan justru makin memberi keyakinan segelintir kelompok bahwa ada yang tak beres di dalam tubuh federasi.

Sekjen PSSI, Ratu Tisha misalnya mengatakan bahwa dirinya tak bisa mengomentari apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri karena bukan pada kapasitasnya. Ratu Tisha memang memberikan analogi soal budaya orang Indonesia yang suka melakukan pelanggaran meski sudah ada larangannya.

"Saya sebenarnya tak bisa komentari suporter, karena tak dalam porsinya. Seperti halnya polisi pasang lampu merah, tapi pas paginya tak ada polisi, lampu merah itu diterobos, itu lah kondisi budaya kita. Ini ada apa, kenapa ekspresikan diri dengan hal yang sudah dilarang?" tanya Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria seperti dikutip dari tribunnews.com

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline