Lihat ke Halaman Asli

Budaya Jawa yang Mulai Terlupakan

Diperbarui: 2 Februari 2019   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : hargabaranginfo.com

''Kenapa bisa lupa?'' tanya netizen.

''Tapi nggak semuanya lupa kan, Mas?'' tanya Mbah Sipon yang juga ikutan penasaran.

Rata-rata anak muda sekarang memang seperti itu, mereka gengsi, malu, dan malas untuk belajar. Entah itu belajar budaya jawa, belajar bahasa jawa , mendalang, menari, gamelan, dan lain sebagainya. Sekedar mendengarkan gending jawa atau lagu jawa pun dibilang katrok atau ndeso.

''Kenapa bisa begitu?''

Lagi-lagi ini kemajuan jaman, Sobat. Budaya sendiri semakin ditinggalkan dan mulai dilupakan, terganti dengan tehnologi smartphone canggih. Semua orang maunya yang praktis, instan, dan mudah untuk bergaul. Padahal kalau dipikir-pikir nilai seninya di mana?

Orang-orang Bule berbondong-bondong pergi ke pulau Jawa hanya untuk belajar budaya jawa. Mereka bangga dan sangat antusias mempelajari tarian jawa, gending jawa, huruf jawa, mendalang, dan mempelajari budaya jawa lainnya. 

Lalu, kenapa kita sebagai orang jawa asli malah merasa malu dan enggan untuk mempelajarinya? Sebagai contoh kecil, kemarin sore aku nyetel instrument gendang rancak, ternyata banyak sekali yang protes. Dan lucunya yang protes itu justru orang jawa sendiri.

''Dasar orang kampung! Ini Jakarta, Mas! Nggak berubah dari dulu. Yang gaul dong lagunya!''

Mendengar sindiran seperti itu aku jadi tersenyum dan bengong sendiri. Orang pergi merantau bukannya semakin benar tapi malah semakin ngawur. Dari kampung sopan banget, beberapa bulan kemudian penampilan jadi berubah 100%. Pakai anting ala rockers, celana robek-robek, ditambah tatto batik disekujur badan.

Yang cewek pun juga nggak mau kalah, dari kampung sopan banget, suaranya lembut selembut lapis legit dari bogor. Beberapa bulan kemudian penampilan jadi berubah 100%. Pakai rok mini, celana gemes, rambut disemir pirang, bedak tebel, lipstik menor, gigi kawat, kalau ngomong lu gue lu gue.

Pergi merantau ke kota niatnya ingin merubah nasib, pengin urip mulyo koyo kanca-kancane. Tapi duite entek terus dinggo foya-foya, online, shoping, jajan sing enak-enak karo seneng-seneng karo kanca-kancane. Ora ono seminggu gajine wes entek. Akhirnya bingung sendiri, bingung nggagas duite entek dinggo tuku opo wae.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline