Lihat ke Halaman Asli

8 Tahun Kompasiana, Merajut Kata, Menyambung Lidah

Diperbarui: 22 Oktober 2016   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: Kompasiana.com

Wah saya baru tahu Kompasiana hari ini berulang tahun yang ke delapan, untung saja saya iseng membuka akun Kompasiana saya setelah dari pagi disibukkan dengan berbagai aktifitas pekerjaan, akhirnya malam ini saya menyempatkan diri membuka kompasiana untuk sejenak merilekskan pikiran dan baca-baca sedikit.

Saya baru saja menjadi anggota Kompasiana, mungkin baru hitungan satu atau dua bulan saja, namun saya sudah mengetahui adanya Kompasiada semenjak 3 tahunan ke belakang. Lho mengapa baru sekarang menjadi anggota? Ya, saya tertarik untuk mendaftarkan diri dan iseng untuk menulis beberapa artikel terutama yang berkaitan dengan situs yang saya jalankan, ataupun juga beberapa isu yang menarik bagi saya.

Yang paling sangat berkesan bagi saya adalah, ternyata tulisan ketiga saya mendapat predikat "pilihan" dan "headline". Wah ternyata begini ya perasaan menjadi penulis, walaupun hanya amatiran dan termasuk sangat pemula, betapa senangnya kalau tulisan kita dibaca oleh orang lain, dikomentari oleh orang lain, ataupun juga dikritik oleh orang lain. 

Benar-benar suatu perasaan yang unik dan tidak pernah saya rasakan sebelumnya, karena memang baru beberapa kali saja menulis di Kompasiana. Sebagian tulisan saya membahas bacaan saya, yah terkadang ingin juga berbagi buat orang-orang yang siapa tahu memiliki hobi yang sama. Kebetulan hobi saya adalah bermain game dan membaca, ditambah lagi beberapa waktu ini mungkin jadi ketagihan menulis. :D

Saya suka membaca konten artikel yang beredar di Kompasiana, terutama topik politik dan yang berhubungan dengan iptek. Ya karena memang minat baca saya ada di bagian situ, jadi mau bagaimana lagi. Saya sangat senang membaca berbagai tulisan yang berisi pokok pikiran si penulis, dan lagi juga senang membandingkan beberapa artikel dengan topik yang sama, tapi memiliki tipe pembahasan yang berbeda, baik sudut pandangnya ataupun hal yang dibahas. 

Dari hal ini bisa kita lihat betapa Tuhan memberikan otak dan pemikiran yang luar biasa kepada manusia, dari satu topik saja kita bisa memperoleh banyak sekali pembahasan artikel dan konten, dan tentu saja hal ini bagi saya sangat menarik. Misalnya saja, yang sedang "Hot" saat ini adalah menjelang pemilihan Kepala Daerah di DKI Jakarta. Wah bisa dibayangkan berapa banyak artikel yang ada mengenai topik tersebut, dan saya dengan sabar akan membacanya satu persatu.

Dari Kompasiana kita bisa menemukan pengetahuan yang tersembunyi dibalik hiruk pikuk dunia hiburan pertelevisian, maupun tersembunyi dibalik figur-figur yang muncul di berita media cetak. Karena kebanyakan para penulis artikel tersebut "nameless" atau masih tidak dikenal di masyarakat. Padahal pola pemikiran mereka sangat baik, dengan berbagai argumen menarik dalam penulisannya bisa jadi memberi inspirasi tertentu bagi yang membacanya. 

Istilah keren-nya bagi para pemikir yang sering muncul di TV adalah cendikiawan, atau juga mungkin Budayawan, lalu bagaimana dengan pemikiran-pemikiran yang masih terkubur di dasar Kompasiana dan tidak sanggup muncul ke tengah masyarakat? Tentu saja akan terus terkubur entah sampai kapan. 

Dari sinilah saya juga berkesimpulan bahwa promosi Kompasiana perlu lebih gencar lagi, supaya pemikiran para penulis yang tertulis dalam bentuk konten artikel ini bisa sampai ke mata para pembaca yang lebih luas, atau bahkan dalam lingkup lebih besar lagi, mungkin saja aspirasi mereka bisa sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu pihak yang berwenang, ataupun pemerintah.

Saya dahulu seringkali meremehkan tulisan di Kompasiana, apalagi sewaktu Kompasiana baru saja muncul 8 tahun yang lalu, banyak sekali saya dapati tulisan-tulisan aneh - nyeleneh - ngawur bahkan tulisan yang sangat provokatif dalam artian negatif. Dan yang lebih parah lagi adalah banyaknya tulisan yang berbau kebohongan, atau lebih populer dengan sebutan HOAX. 

Sejak itu saya jadi antipati dengan Kompasiana, walaupun saya tahu kalau Kompasiana adalah media warga, dan setiap warga berhak menyumbangkan tulisan apapun, tapi tetap saja di pikiran saya seharusnya tulisan seperti itu di sortir oleh redaksi ataupun moderator yang bertugas. Kesan saya pada waktu itu bahwa Kompasiana tidak diperhatikan oleh pemiliknya ataupun tidak memiliki moderator untuk penyaringan konten yang baik. Tapi sepertinya saat ini sudah tidak seperti itu lagi. Saya lebih banyak melihat banyak konten artikel yang berkualitas daripada yang artikel asal-asal saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline