Ada pahit dibalik manisnya gula. Tak terasa, sudah tujuh tahun Sonya hidup tanpa kedua kaki. Perempuan asal Kediri, Jawa Timur, ini harus rela kehilangan anggota tubuhnya demi ‘memperpanjang’ hidup.
Sebelas tahun lalu, perempuan berusia 52 tahun ini divonis dokter mengidap diabetes. Berbagai pengobatan telah ia lakukan, termasuk bantuan sang suami yang berprofesi sebagai seorang dokter.
Namun, nasib seseorang tidak ada yang bisa menebak. Kadar gula Sonya yang kian tinggi menyebabkan komplikasi berat salah satunya pembusukan luka dikaki. Meski berat, ia pun memutuskan untuk mengamputasi kedua kakinya.
Sonya tidak sendiri. Ada jutaan pengidap diabetes di Indonesia yang mungkin senasib dengannya, bahkan hingga berujung maut. Pertanyaannya, apakah ada cara lain agar terhindar dari amputasi?
Sebagai seorang penyuluh kesehatan, kami menyaksikan bagaimana pasien diabetes berjuang melawan penyakitnya. Terutama melawan rasa takut akan kehilangan salah satu anggota tubuhnya. Amputasi seakan menjadi momok menakutkan bagi pengidap diabetes. Jika sudah parah, tidak ada pilihan lain untuk menghilangkan anggota tubuh tersebut.
Kadar gula yang tinggi menyebabkan neuropati. Neuropatiadalah istilah yang digunakan untuk kelainan atau gangguan saraf. Komplikasi jangka panjangnya ialah neuropati perifer. Hal tersebut disebabkan karena gula darah yang tidak terkontrol sehingga menyebabkan terganggunya suplai darah akibat penebalan atau kekakuan dinding pembuluh darah (mikroangiopati).
Salah satu penyebab banyaknya kasus amputasi adalah gangren. Gangren merupakan luka yang diakibatkan oleh tumpukan gula dalam darah. Banyak pasien diabetes yang mengeluhkan sulitnya menyembuhkan luka diabetes. Luka diabetes menyebabkan rasa nyeri yang disertai bengkak dan demam. Luka ini disebabkan karena bakteri anaerob clostridium yang dapat hidup tanpa oksigen. Ketika sirkulasi darah tertumpuk gula, secara otomatis sirkulasi oksigen tidak lancar sehingga menyebabkan clostridium berkembang biak.
Untuk mencegah terjadinya amputasi maka penderita diabetes yang mengalami gangren harus tahu apa yang mesti diperhatikan untuk menyelamatkan kaki dan meningkatkan hidup penderita, misalnya ;
- Evaluasi luka secermat mungkin dibutuhkan sejak awal perawatan dan harus dikerjakan dengan baik dan teliti
- Pengurangan beban tekanan pada kaki. Jika tetap dipakai untuk berjalan akan menyebabkan luka selalu mendapat tekanan
- Penanganan infeksi dengan tepat sangat diperlukan untuk menghindari bakteri menyebar di bagian lain
- Jika hendak berpergian atau di tempat yang memiliki kebersihan buruk, balutan pada luka harus efektif dan tepat agar penanganan luka menjadi optimal. Luka harus selalu dijaga keberhasilan dan kelembabannya
Peran vitamin K dan kalsium untuk penyembuhan luka diabetes juga bisa membantu. Ketika terjadi luka, keping darah (trombsit) akan mengeluarkan suatu enzim yakni enzim trombokinase yang akan menjadi protombin. Kemudian protrombin ini dengan bantuan vitamin K dan kalsium berubah menjadi trombindan selanjutnya terjadilah penutupan luka dengan benang-benang fibrin.
Sumber vitamin K bisa didapatkan dari brokoli, bayam, sawi hijau, kedelai, dan lobak. Jinten hitam juga dikenal sebagai rempah yang ampuh membantu penyembuhan luka diabetes.
Saat ini banyak beredar obat luka diabetes, baik yang berbahan sintesis ataupun herbal. Pengobatan umumnya untuk pemakaian luar, dalam, ataupun mengkombinasikan keduanya.