"Advertising has us chasing cars and clothes, working jobs we hate so we can buy shit we don't need"
-Tyler Durden, Fight Club
Source: Instagram (@f21st)
Sebelum tulisan ini benar benar saya tulis, saya sempat kebingungan manakah yang akan dijadikan topik utama: Deadpool yang saya samakan dengan Chitato atau Chitato yang saya samakan Deadpool? Yasudahlah, tak penting karena keduanya punya kemiripan dalam hal: Overhyped.
Jauh di tahun 2015, trailer dan teaser Deadpool membuat internet geger dan diprediksi menjadi salah satu film yang wajib ditonton di tahun 2016. Ryan Reynolds dianggap sangat cocok dan layak untuk memerankan karakter badass Marvel ini. Dan jika kita melihat teaser dan trailernya, asumsi itu benar adanya, dari mulai gimmick, tata cara bicara hingga gestur badan sudah sangat jelas terlihat kalau ryan reynolds memang terlahir untuk memerankan deadpool sama halnya jika kita melihat robert downey untuk iron man.
Berbekal kepercayaan bahwa film ini tidak akan overhyped layaknya star wars: the force awakens, 12 februari kemarin saya memutuskan untuk menonton deadpool dibanding film yang sudah lama saya ingin tonton: The Hateful Eight-nya quentin tarantino. Dan akhirnya, keputusan saya untuk khianat dari jamaah quentin tarantino karena memilih menonton deadpool dibanding menonton The Hateful Eight itu salah besar. Disitu saya sadar saya adalah salah satu dari jutaan korban advertising dan branding deadpool.
Deadpool tidaklah jelek, Deadpool cukup menghibur untuk ditonton. Tapi kata "cukup" tersebut tidak sepadan dengan gegap gempitanya iklan yang wara wiri di dunia maya, hype yang begitu besar di segala platform digital dan viralnya Deadpool sebagai new jackass and badass superhero. Joke joke yang ada dalam film Deadpool pun sebenarnya cukup cerdas dan menggelikan, seperti line ketika deadpool disuruh menghadapi professor x dan deadpool membalas dengan "Mc Avoy or Stewart?" dan juga ketika Deadpool mempertanyakan budget film x men kepada dua koleganya.
Mencoba menebak, mungkin kekurang lucuan dan gregetnya film Deadpool ini disebabkan oleh Deadpool/Ryan Reynolds sadar kalau ia adalah sebuah tokoh yang sedang bermain dalam sebuah film dan menyebabkan jokesnya tidak natural lagi atau bisa jadi karena terlalu banyaknya jokes jokes yang coba diluncurkan namun sayangnya eksekusinya 'tanggung' tidak seperti TED yang tidak setengah setengah dalam meluncurkan dirty jokes.
Source: Twitter
Sama halnya dengan Deadpool, akhir Januari kemarin Twitter heboh dengan foto yang diunggah oleh Axton Salim yang memuat Chitato rasa Rndomie goreng. Tak pelak, dunia Twitter pun gegap gempita dengan adanya combo yang maut ini. Strategi Co Branding ini seperti menggabungkan Lionel Messi dan cristiano ronaldo dalam satu kulb sepakbola, siapa sih yang tak suka Chitato? Atau yang lebih ekstremnya lagi, siapa sih yang tidak suka Indomie goreng? Perbaduan mecin yang fantastis. Ah lapar jadinya.
Saya sendiri baru tahu ada Chitato mie goreng dari vlog youtube Gofar Hilman dan tak menyangka bahwa Chitato ini sudah seviral itu di dunia Twitter. Beberapa selebrgam, youtubers dan selebtwit pun sudah memposting produk ini. Namun sebelum membeli produk ini, saya sempat kecolongan karena beberapa orang sudah mereview produk ini baik di twitter maupun path, atau instagram dan kebanyakan comment bernada 'kecewa' dan 'overhyped' dilayangkan. Tapi sebagai pasukan mecin indonesia, komen tersebut tidak akan melunturkan niat saya untuk membeli chitato.