Lihat ke Halaman Asli

Ebola, Simpanse dan Sentuhan

Diperbarui: 18 Juni 2015   03:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ada alasan kenapa hewan primata termasuk yang diharamkan untuk dikonsumsi. Pembawa virus ebola pada manusia mayoritas primata (simpanse, monyet dll). Mayoritas kasus ebola ada di daerah terpencil daerah Afika seperti Gabon, Kongo, Sudan. Dan beberapa kali outbreak, dimulai dari pemburu yang memakan simpanse atau monyet yang terkontaminasi virus.

Jika sudah loncat pada manusia, cairan tubuh seperti muntah, darah, sperma, keringat, nanah akan bisa menularkan. Mulai dari sentuhan langsung dengan penderita, atau tersentuh benda yang terkenai cairan tubuh tadi.

Awal ebola muncul 1976 di Kongo dan Sudan. Fatalitas outbreak (tingkat kematian akibat terjangkit virus) mulai dari 90% sampai 50%.

Berbagai penyebaran yang mendadak dan meluas juga terjadi karena ‘tradisi’ masyarakat yang belum disesuaikan dengan metode aman menghadapi virus ebola. Misal, penguburan mayat dalam Islam diawali dengan memandikan jenasah. Kontak fisik seperti dalam proses pemandian ini terbukti menambah korban menjadi belasan dalam satu hari. Mayat baru meninggal sebenarnya dalam keadaan tertinggi tingkat menularkan karena cairan tubuhnya jauh lebih banyak saat itu.
Jika ada suspect ebola meninggal, mayat harus berulang kali disterilkan, dalam pengangkutan dibungkus minimal dua plastic mayat. Apapun yang bersentuhan dengan mayat, misal baju pelindung pengurus jenasah, harus dibakar atau dikubur bersama mayat.

Telah ada minimal 15 kali outbreak (di berbagai Negara Afrika sejak 1976 sampai sekarang). Jumlah kasus dan meninggal terbanyak pada 2014 ini.
Konsep Islam untuk menjaga supaya tidak bersentuhan kulit dengan yang bukan muhrim, agaknya salah satu cara melindungi diri dari ebola… Yang lain, tentunya tidak makan daging monyet dan daging hewan buas hutan lainnya. Yang lain? Saat ini sih Indonesia relatif aman. Banyak berdoa juga, please.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline