Lihat ke Halaman Asli

Indira Sekar

Content Writer, Social Media Specialist, Artist

Seberapa Seram Pengabdi Setan 2: Communion?

Diperbarui: 11 Agustus 2022   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Foto: Dok. Rapi Films)

Sinopsis

"Pengabdi Setan 2: Communion" bercerita tentang Rini, Bapak, Bondi, dan Toni tinggal di rusun yang berlokasi di daerah terpencil dekat pantai. Awalnya, dengan tinggal di rusun itu, mereka merasa lebih aman karena ada banyak orang yang tinggal di sekitar mereka. Sayangnya, banyak kejadian mengerikan ketika mereka tinggal di rusun tersebut. Kecelakaan lift mengakibatkan kematian penghuni-penghuni rusun. Di saat yang hampir bersamaan, rusun misterius itu juga menjadi tempat ritual penyembahan iblis yang membutuhkan tumbal manusia. Semua kejadian tersebut, mulai dari kecelakaan hingga ritual menyeramkan, mengarah pada malapetaka yang dialami oleh seluruh penghuni rusun.  Diawali dengan listrik yang korsleting, tidak lama banjir besar datang dan merangkap seluruh penghuni. Perlahan-lahan, penghuni rusun meninggal satu per satu. 

Penilaian

Keseraman film "Pengabdi Setan 2: Communion" tidak hanya disebabkan oleh jumpscare. "Pengabdi Setan 2: Communion" bahkan membuka film dengan menyeramkan dan juga epic. Baru beberapa detik film dimulai, langsung ada scene penuh pocong bersujud di dalam Bosscha. Bosscha yang biasanya identik dengan film "Petualangan Sherina" sekarang sudah memiliki citra yang berbeda. Efek visual dalam film juga membuat penonton bertanya-tanya kejadian apa yang akan terjadi setelah itu. Contohnya, ada beberapa bagian yang mengejutkan penonton dengan efek flash kamera ketika pocong-pocong tersebut difoto. Selain editing, camera movement yang dinamis juga membuat audiens makin awas dengan jumpscare. Ada banyak shot yang menggunakan dynamic camera shot yang menunjukan dua aksi yang terjadi secara bersamaan. Seperti ketika Rini berusaha mengambil koper tanpa ketahuan Bapak yang sedang tidur di kamar sebelah. Semakin cepat kamera bergerak, penonton juga semakin merasa berdebar. Secara sinematografi, film "Pengabdi Setan 2: Communion" menyajikan sinematografi apik tanpa mengurangi kesan horor. 

Lalu bagaimana dengan jumpscare film? Joko Anwar banyak memberikan jumpscare yang tidak mainstream. Contohnya, pada dua adegan pembuangan sampah, terdapat dua jenis jumpscare yang berbeda. Jumpscare yang pertama adalah adegan dimana Rini harus membuang sampah dan melewati beberapa kamar dengan pintu yang terbuka. Penghuni-penghuni itu terlihat tidak wajar. Jumpscare kedua, dimana Wisnu membuang sampah sendirian, ia dihantui oleh seseorang yang berbicara "Buka pintu, Wisnu!" dari balik pintu cerobong sampah dan tiba-tiba muncul di hadapannya. Dalam film "Pengabdi Setan 2: Communion", efek menyeramkan juga dikombinasikan dengan gore (efek darah). 

Efek suara dan scoring memainkan peran yang sangat besar dalam membangun ambience teror dalam film. Elemen suara seperti lagu dan juga efek makin membuat film menjadi menakutkan. Salah satu scene yang paling membekas bagi saya adalah ketika Wina dipanggil oleh "teman-temannya" yang meninggal karena kecelakaan lift. Selain itu, suara seseorang yang menitipkan pesan pada Tari lewat radio juga membuat penonton merinding. 

Suara tersebut meminta tolong karena kuburannya sempit dan mayatnya dimakan belatung.  Jika dibandingkan antara beberapa unsur dalam film, Joko Anwar dapat memadukan elemen visual dan juga suara dengan seimbang. 

Tidak hanya nuansa yang dibangun, aktornya juga terlihat begitu meyakinkan dalam film horor ini. Berdasarkan sebuah interview, para aktor juga mengakui bahwa mereka sendiri benar-benar takut saat sedang berada di lokasi shooting. Itulah alasan kenapa karakter dan juga emosi karakter menjadi sangat hidup. Para aktor terlihat menyatu dengan karakter yang mereka mainkan.Dalam tahap keaktoran, para pemeran sudah memasuki tingkat "aku peran" dimana para aktor mewujudkan ciptaan baru lewat cara akting mereka.  

"Pengabdi Setan 2: Communion" tidak hanya menyeramkan tapi juga sangat bisa dinikmati penonton. Tidak hanya penonton awam, penikmat sinematografi pun dapat memberikan apresiasi sebesar-besarnya terhadap mahakarya Joko Anwar ini. Saya setuju jika Joko Anwar memang menyuguhkan cerita seram yang masih bisa disenangi oleh para penonton. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline