Zola Yoana, merupakan founder dari Heart Inc, sebuah layanan dating atau yang biasa kita kenali dengan 'mak-comblang' namun, dengan versi yang lebih profesional. Zola, menyebut dirinya sebagai matchmaker, atau seseorang yang membantu orang lain untuk menemukan jodohnya. Mungkin beberapa dari kita tidak familiar dengan jenis pekerjaan ini, tapi nyatanya pekerjaan ini exist sudah sejak lama.
Zola bahkan mengambil program di Institute Matchmaking di Newyork selama satu tahun. Program tersebut merupakan pelatihan bersertifikasi untuk menjadi profesional matchmaker yang terakreditasi, strategi bisnis dan training bersama matchmaker global dan klien.
Zola menceritakan bahwa, rata-rata orang mengikuti program tersebut adalah orang yang pernah menjadi matchmaker sebelumnya atau orang yang ingin menjadi matchmaker namun belum mempunyai sertifikat. Dalam program tersebut, mereka mempelajari Human Psychology, Human Behaviour, Roleplay dating, dan hal-hal yang berhubungan ke startup industry of love dating.
Karena mak-comblang ini bersifat profesional, maka berbeda dengan kencan buta seperti pada tahun 1990-an atau aplikasi dating online yang biasa GenZ gunakan. Kalau kencan buta atau aplikasi dating bertemu dengan lawan jenis yang tidak tahu background nya seperti apa, matchmaker justru mempertemukan dengan seseorang yang sesuai dengan permintaan kita.
Klien yang datang kepada Zola, akan diseleksi. Dia akan mengobrol dengan klien, serta melemparkan pertanyaan seputar kisah asmara yang lalu dan kriteria yang diharapkan.
Biasanya, dia mengarahkan kliennya agar tidak terlalu membuat standar yang tinggi pada lawan jenis yang akan dikenalkan padanya. Apabila kriteria terlalu sulit, biasanya Zola akan menolaknya menjadi klien. Seperti misalnya, harus seperti cici-cici Surabaya yang tiap minggu nongkrong di Tunjungan Plaza, atau pekerjaannya harus spesifik, kastanya harus di atas dia, dan sebagainya.
Boleh saja menentukan standar atau kriteria, kembali lagi di awal, Zola akan menanyakan lagi, 'Are you looking for money or love?'. Karena Zola tidak ingin judging based on looked, jadi dia menetapkan batas kompromi permintaan kriteria. Baginya, rencana pencomblangan ini bukan hanya tentang dirinya, namun untuk klien juga. 'We are work it together, not I'm the only one for work.'
Setelah ada kesepakatan di awal mengenai kriteria yang dicari, matchmaker akan menyeleksi orang yang akan dikenalkan sebelum dipertemukan dengan klien. Zola menyebutkan bahwa matchmaker profesional, biasanya memiliki intuisi.
Mereka menilai teman kencan dari bahasa tubuh, cara berjabat tangan, kepribadian yang didapatkan saat mengobrol serta bagaimana keseriusannya dalam hubungan. Setelah orang tersebut memenuhi kriteria dan lolos penilaian dari Zola, ia akan memasukkan orang tersebut ke dalam daftar yang akan dikenalkan kepada kliennya.
Lalu apabila dari kedua belah pihak setuju, Zola dan tim akan menyusun tempat untuk dinner. Zola selalu memilih restoran untuk kencan pertama. Menurutnya, coffee shop bukanlah tempat yang cocok.
Karena ambience coffee shop terasa seperti ruang yang sibuk, dan memiliki kesan negatif pada awal kencan. Seperti misalnya, ketika kopi darat dengan seseorang lalu ternyata tidak sesuai ekspetasi, terjadilah saling meninggalkan di Kafe tanpa sepatah kata apapun. Alasan itulah Zola selalu mengatur kencan pertama di restoran.