Lihat ke Halaman Asli

Pernikahan, Perjalanan Cinta UntukNya

Diperbarui: 10 Agustus 2018   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Gratitude Journal - Aug 10, 2018

Alhamdulillah hari ini aku dan Abang mensyukuri Hari Ulang Tahun Pernikahan kami. Alhamdulillah, sudah banyak sekali masa-masa indah bersama, sudah banyak pelajaran dan inspirasi yang didapat. Yang pasti, insya Allah aku bersyukur, aku sudah menjadi manusia yang lebih baik bersama suamiku tercinta.

Awalnya kami dijodohkan, tapi kami sama-sama ga minat. Jadi, Uni Rosi, sahabat mama yang menjadi comblang, harus menipu kami. "Indhie, Uni ulang tahun lho, Indhie datang ya. Di Gedung BEJ, tempat makan pizza." 

Begitu juga Abang ditipunya di bulan November. Padahal namanya juga Rosmailis, pasti ulang tahunnya Mei. Tapi kami sukses ditipu. Ditengah-tengah kami ditinggal berdua dan terpaksalah aku pulang diantar Abang. Dan akhirnya 6 bulan kemudian kami menikah. Tipuan sukses, alhamdulillah. Hehe. 

Syukur yang paling besar adalah makin fokusnya kami menjalani jalan Allah. Soal berserah pada Allah, kalau aku masih belajar, menulis di tataran konsep, Abang sudah sejak kecil menjalaninya. Buya berpulang saat Abang umur 6 tahun. 

Umak membesarkan 7 anak seorang diri tanpa bantuan saudara, sebagai Ustadzah yang berceramah di berbagai pengajian. Alhamdulillah sukses semua. Bagaimana? Ya semua itu Allah, ga perlu dibahas bagaimana, karena kita, manusia, tak mampu pula membahasnya. 

Serahkan semua padaNya, Allah itu Maha Mencukupi, Maha Menjaga. Kita bertugas berusaha semaksimal mungkin dengan doa khusuk sejak jam 3 pagi sampai malam lagi. Ini yang jadi pelajaran besar bagiku yang sangat analitis, logis, independen dan merasa harus menanggung semua di pundak sendiri.

Aku koleris, Abang sangat sanguinis. Aku task&target-oriented, Abang sangat people-oriented, Abang jagoan Quran, aku lebih hafal hadits. Jadi aku merasa sangat butuh Abang untuk mengimbangi dan menjagaku untuk tidak ekstrim pada sikapku. Awalnya kami sering saling kesal dan salah faham dengan berbagai perbedaan ini. 

Tapi lama-lama kami sadar, justru perpaduan berbagai perbedaan ini adalah berkah dan karunia yang sangat besar bagi kami berdua. Perbedaan kami telah memperkaya hidup kami, alhamdulillah.

Dinamika kami alhamdulillah bisa menyadarkan kami bahwa pernikahan bukan transaksi, "aku begini jadi kamu harus begitu." Pernikahan itu saling mencintai karena Allah, dalam meniti perjalanan menuju Allah. "Semua untuk Allah, bukan untuk aku." Pemahaman ini mendekatkan kami berdua pada jalanNya. Alhamdulillah kami sangat happy beribadah bersama, mengajak Hana - dan kini Fia - gembira bersama menekuni ibadah. Dan alhamdulillah kami happy, ibadah tidak jadi sekedar tugas, tapi sumber bahagia.

Semua ini membuat kami happy menjalani berbagai kurikulum, ujian dan yang orang lain sebut sebagai "musibah" atau "bencana" - dan bagi kami semua alhamdulillah bisa jadi karunia pembawa berkah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline