Lihat ke Halaman Asli

Kanker Membawaku Lebih Dekat dengan Allah

Diperbarui: 14 Februari 2017   14:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tamanlavender.wordpress.com

Saat mendengar kata 'kanker' yang ada dibenakku adalah sesuatu yang mengerikan. Apalagi pernah ada pengalaman kakak iparku wafat di usia terbilang muda, 46 th, setelah menghadapi kanker kelenjar getah bening.

Sebetulnya aku sudah mulai merasa ada yang tidak beres ditubuhku sejak tahun 2011. Waktu itu aku sedang mengalami masa-masa “sulit” merawat bapak yang sudah sepuh dan sakit-sakitan. Dilanjut dengan ibu yang mulai drop setelah bapak sedo (wafat – red) diakhir tahun. Akhirnya ibu pun wafat menyusul bapak selang tidak sampai setahun.

Setelah itu semakin terasa ada yang aneh ditubuhku, meski aku tetap dapat beraktifitas biasa dan berolah raga.

Awal 2015 mulai terasa ada benda aneh diatas payudara kiri, seperti sebatang tulang lunak kecil panjang. Saat aku memeriksakan diri di poli bedah di rumah sakit dikota, analisa sementara hanya kemungkinan ada infeksi. Aku pun diberi antibiotik dan pereda nyeri. Tak ada perubahan. Maka aku pindah ke rumah sakit pemerintah daerah karena di rumah sakit yang pertama tadi tidak ada alat laboratorium.

Waktu kusampaikan aku ingin USG di rumah sakit kedua, aku tidak mendapat tanggapan yang memuaskan dari dokter yang memeriksa waktu itu. Dokter bedahnya tidak berada ditempat. Yang ada hanya dokter jaga di poli tsb. Akhirnya aku hanya diberi antibiotik lagi.

Limbung menerima diagnosa

Awal 2016 semakin terasa aneh kalau diraba diatas payudara tadi. Sampai suatu hari aku ketemu tetangga almarhum ibu. Beliau adalah dokter yang baru lulus patologi anatomi. Waktu aku kerumahnya dan cerita masalahku beliau langsung kaget dan mencoba melihat kondisiku. Beliau pun menyarankan besok pagi ke rumah sakit untuk periksa di lab.

Saat hasil lab keluar, kuintip hasilnya. Dan apa yang kulihat membuat tubuhku lemas dan dunia serasa runtuh. Di sana tertulis bahwa memang ada yang tidak beres di payudara kiri. Saat bertemu dengan dokter yang membacakan hasil mamoku badanku sudah lemas tak berdaya dan airmata sudah tak terbendung lagi.

Waktu itu dokter memberi pengantar untuk biopsi ke ahli patologi yang paling mumpuni di kotaku. Beliau juga menerangkan prosedur rumah sakit untuk tindakan selanjutnya. Jika aku berkenan aku akan segera didaftarkan untuk antri operasi. Untuk kemo nanti aku harus ke Surabaya atau mungkin Solo karena Madiun belum bisa memberikan fasilitas kemo.

Dan yang lebih mengerikan lagi, aku mendengar bahwa di Madiun, kotaku, untuk operasi semacam ini bisanya payudara dikepras habis, tidak bisa diambil benjolannya saja. Oh my God....Gusti Allah nyuwun pangapuro.....badanku terasa limbung....

Aku teringat tetangga yang juga pernah mengalami hal yang sama, dan lari ke Surabaya untuk mencari rumah sakit dan dokter yang lebih baik sehingga hanya diambil benjolannya saja. Lalu aku ingat bahwa ada teman kuliah satu kamar kos yang beberapa tahun terakhir ini bercerita terkena kanker payudara dan memakai alat rompi untuk pengobatannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline