Siapa sih yang gatau Gedung Sate, sebagai ikon bersejarah Kota Bandung, Gedung Sate memiliki arsitektur dengan nilai sejarah yang tinggi. Gedung Sate merupakan landmark yang mencerminkan sejarah perjalanan Indonesia dari masa kolonial. Terletak di pusat kota Bandung Jl. Diponegoro No. 22, Bandung, Jawa Barat.
Gedung Sate dibangun pada tahun 1920 sampai 1924 oleh pemerintah Hindia Belanda dan di desain oleh arsitek asal Belanda Bernama J. Gerber yang menjadikan Gedung Sate memiliki gaya arsitektur yang Neoklasik dengan sentuhan Art Deco. Salah satu ciri khas Gedung Sate adalah Menara yang terletak di tengah Gedung yang disebut “turret”. Turret memiliki 6 lengkungan yang menyerupai tusuk sate.
Pada awalnya Gedung Sate beroperasi sebagai pusat administrasi pemerintahan Hindia Belanda yang dinamakan “Gouvernements Bedrijven” yang artinya “Kantor Pemerintahan Daerah.” Setelah terjadi proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 1945, fungsi Gedung Sate tetap sama sebagai Kantor Pemerintahan Daerah yang berada dibawah naungan Republik Indonesia.
Sebelum berada dibawah naungan Indonesia, Gedung Sate sempat diperebutkan dan peristiwa tersebut dinamakan dengan “Peristiwa Perebutan Gedung Sate di Bandung Tahun 1945.” Pertempuran tersebut terjadi antar para pemuda dengan pasukan sekutu yang datang ke Bandung. Pertempuran pun berakhir pada 3 Desember 1945 dan diperingati sebagai Hari Kebaktian Pekerjaan Umum.
Sebagai ikon bangunan yang bersejarah, Gedung Sate juga beroperasi sebagai tempat wisata sejarah di Bandung. Museum Gedung Sate menyajikan diorama sejarah Gedung Sate dan dilengkapi dengan foto jaman dahulu di setiap dinding Museum ini. Gedung Sate juga memiliki teater mini yang digunakan untuk pemutaran film sejarah dengan fasilitas seperti bioskop. Wisatawan juga akan mendapatkan edukasi arsitektur Gedung Sate dan menikmati teknologi terkini dengan media audiovisual dan animasi
Untuk masuk kedalam Gedung Sate dan meikmati wisatanya, para wisatawan dikenakan tiket dengan biaya Rp.5.000 dan bisa dikunjungi mulai dari hari selasai sampai Minggu pada pukul 09.30-16.00 WIB. Berdasarkan informasi dari Satpam yang bekerja di Gedung Sate yaitu bapak Rifaldi, mayoritas dari pengunjung yang datang sangat beragam, mulai dari warga lokal, orang luar daerah, turis asing, mahasiswa, dan staff pemerintah setempat. Menurut bapak Rifaldi juga,untuk masuk ke dalam Gedung Sate ada beberapa peraturan yang perlu di laksanakan, yaitu pengunjung wajib melakukan reservasi satu hari sebelum, menggunakan pakaian yang sopan, dilarang membawa makanan dan minuman kedalam area museum, dan dilarang menyentuk benda koleksi atau duduk di area tertentu.