Lihat ke Halaman Asli

Indira Fayza

Seorang mahasiswa prodi psikologi di Universitas AIrlangga

Legitimate Power, Seberapa Influentialkah Mereka?

Diperbarui: 6 Juni 2024   21:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tujuh puluh lima tahun warga palestina menderita akibat Israel. Sudah berapa banyak penduduk yang meninggal akibat konflik berkepanjangan ini? Anak-anak, wanita, ibu hamil, remaja, dan masih banyak korban yang tak terhitung jumlahnya. Istilah “Ethnic cleansing” sudah tidak asing lagi bagi pengguna dunia maya akibat konflik Palestina dan Israel ini, belum lagi wilayah Rafah yang tengah diserang, dimana Rafah adalah wilayah satu-satunya yang dapat dijadikan tempat berlindung bagi warga Palestina. Hidup tanpa kepastian, minim makanan, minim pakaian layak, terbatasnya akses menuju fasilitas kesehatan, dan kehilangan rumah mereka. 

Sedangkan di sisi lain dunia sedang menghamburkan uang mereka, demi kesenangan sementara dan jepretan kamera wartawan yang menyilaukan pandangan. Pernahkah terbesit dalam pikiran kita, apakah warga Israel benar-benar tidak punya hati, mengapa mereka sejahat itu dengan rakyat Palestina? Dan kira-kira apa pengaruh seorang pemimpin terhadap pola pemikiran masyarakatnya?

Benjamin Netanyahu terkenal dengan pidatonya yang sering menyudutkan Palestina, mengatakan bahwa penyerangan Israel ini adalah bentuk dari “self-defense” yang tentu saja menuai pro dan kontra. Cuitan di X milik Netanyahu selalu saja berkaitan dengan kekejaman HAMAS dan rasa empatinya terhadap korban konflik yang ada di Israel.

Seperti yang kita semua tahu, Israel sebenarnya melakukan suatu genosida, dan mencoba mengklaim tanah Palestina sebagai wilayah Israel yang sesungguhnya. Padahal sejarah mencatat bahwa Palestina lebih dulu menduduki wilayah ini, dan rakyat Yahudi yang mengungsi dari kekejaman Nazi lah yang tiba-tiba mengklaim wilayah ini sebagai Israel. 

Seterang apapun fakta dan catatan sejarah yang mengatakan bahwa wilayah sebenarnya adalah milik Palestina, tetap saja Israel tutup mata. Hal ini tidak hanya menunjukkan bahwa secara individu, rakyat Israel yakin bahwa tanah itu miliknya, namun ada pengaruh dari pemimpin mereka. Kali ini kita akan membahas bagaimana kekuasaan dapat berpengaruh baik secara positif dan negatif, dan bagaimana impact dari kekuasaan itu sendiri kepada masyarakat. 

Sebagai seorang penguasa, tentunya kita memiliki kekuasaan yang tidak terlihat secara langsung. Namun, adapun dasar-dasar tertentu bagaimana seorang penguasa bisa mendapat kekuasaannya., hal ini berdasarkan French and Raven’s 6 bases of power. Dilihat dari Netanyahu, ia bisa memiliki kekuasaan didasari oleh legitimasi. Netanyahu sendiri dipilih secara sah oleh rakyatnya, dan kekuasaanya pun diakui yang membuat dia otomatis memiliki kekuasaan atas Israel sebagai seorang perdana menteri, dan Netanyahu memiliki hak untuk menuntut ketaatan, dan juga kepatuhan rakyatnya.

Seseorang dengan legitimate power, menggunakan taktik mempengaruhi (influence), dimana ia memiliki kuasa untuk mempengaruhi orang-orang yang inferior. Seperti kepala daerah dengan bawahannya, ataupun bos dengan karyawan-karyawannya.   Seorang pemimpin tentu memiliki peran penting dalam memberikan pengaruh terhadap pengikutnya, dalam ilmu psikologi sendiri ada berbagai macam taktik yang dapat digunakan oleh seorang pemimpin untuk mencapai tujuannya. 

Taktik yang digunakan oleh Netanyahu sendiri bisa dikategorikan sebagai taktik non rasional, dimana ia mengambil hati para masyarakat di dunia lewat sosial media yang berkaitan dengan Israel, memposting tahanan-tahanan HAMAS yang tidak sebanding dengan masyarakat di Gaza yang gugur karena penyerangan Israel. Taktik ini berpegang teguh pada misinformasi, dan juga mengandalkan emosi walaupun berbanding terbalik dengan fakta yang ada.

Dalam menanggapi pengaruh yang diberikan oleh pemimpin yang berkuasa, masyarakat tentunya tidak dapat mengelak dari apa yang telah disampaikan oleh pemimpinnya, dan mau tidak mau masyarakat perlu patuh terhadap perintah pemimpin, meskipun itu mungkin bertentangan deng.an moral atau pandangan yang dimiliki masyarakat Herbert Kelman, seorang psikolog Amerika yang mengemukakan suatu teori bagaimana seseorang bereaksi kepada pengaruh yang sifatnya memaksa. 

Ada 3 tahapan, yang pertama adalah tahap compliance, dimana anggota suatu kelompok mematuhi peraturan, meskipun sebenarnya mereka secara personal tidak setuju dengan pernyataan sang pemimpin. Hal ini menimbulkan kecenderungan dimana apabila pemimpin tidak memonitor mereka, para anggota mungkin tidak mematuhi peraturan yang telah disampaikan. 

Di tahap kedua yaitu tahap identification, dimana kepatuhan anggota kelompok terhadap tuntutan pemimpin, itu dimotivasi oleh keinginan untuk meniru dan memuaskan pihak yang berkuasa atau sang pemimpin. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline