Lihat ke Halaman Asli

Indi Nada Barena

Mahasiswa Universitas Jember

Bioteknologi untuk Ketahanan Pangan pada Lahan Marginal

Diperbarui: 8 Desember 2019   18:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Inovasi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Ketahanan pangan merupakan program yang digunakan untuk terus meningkatkan produksi dan perlindungan dalam sektor pertanian guna mendukung program nasional. Jagung sendiri merupakan salah satu tanamanan pangan yang memiliki pemenuhan ketahanan pangan yang dapat mencapai swasembada dan peningkatan dalam daya saing ekspor, akan tetapi masih terdapat kendala-kendala di dalam perwujudan program nasional, misalnya, tingkat kesuburan tanah yang minim. Di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara produksi jagung pada tahun 2012 sebesar 78.447ton pipilan kering dengan luas panen jagung seluas 29.607ha. Sedangkan produksi jagung tahun 2013 sebesar 67.578ton pipilan kering dengan luas panen 28.661ha (BPS 2013). Salah satu faktor yang mengakibatkan adanya penurunan produksi tanaman jagung ini yakni karena tingkat kesuburan yang rendah, maka dari itu peran bioteknologi sangat dibutuhkan dalam permasalahan ini. Bioteknologi yang dapat digunakan adalah pengaplikasian bioteknologi mikoriza indigenus gulma. Penelitian dengan mengaplikasikan bioteknolgi mikoriza indigenus gulma pada lahan marginal ini dilaksanakan di Desa Abenggi Kecamatan Landono Kabupatren Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara di Bulan Mei sampai dengan Bulan Agustus pada tahun 2013, dengan 4 perlakuan berbeda yakni: tanpa inokulasi propagul mikoriza indigenus (A0), 10 g propagul mikoriza indigenus (A1), 20 g propagul mikoriza indigenus (A2), dan 30 g propagul mikoriza indigenus (A3), perlakuain ini diulang sebanyak 3 kali sehingga menjadi 12 unit perlakuan. Selain itu, variabel yang ditinjau yakni berupa tinggi tanaman, diameter batang tanaman, bobot tongkol dan kelobot, bobot tongkol tanpa kelobot,diameter tongkol, panjang tongkol, jumlah baris biji pada tongkol, serta persentase infeksi mikoriza pada akar tanaman jagung. Peneltian yang dilakukan menunjukan hasil dimana pengaplikasian mikoriza indigenus gulma memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel yang diukur terutama pada perlakuan A3.( Margarettha (2010)) berpendapat bahwa mikoriza ini memiliki peran yang sangat penting dalam melindungi tanaman dari kondisi tanah dan lingkungan yang kurang kondusif seperti pH rendah, stress air, temperatur ekstrim serta salinitas yang tinggi. Bioteknologi sendiri adalah ilmu modern dengan mengembangkan barang maupun produk pangan, dengan menggunakan keilmuan dan diharapkan dapat memenuhi hajat hidup masyarakat. Sebagai perencana yang mempertimbangkan aspek kependudukan dan juga semua termasuk yang ada di dalamnya seperti barang sandang, pangan dan papan maka produk-produk keluaran bioteknologi harus dapat dikembangkan dengan pesat. Karena semakin lama jumlah penduduk akan semakin bertamba dan guna lahan untuk lahan produksi akan bergeser menjadi permukiman atau industri dan kebutuhan pangan akan meningkat. Sedangkan konsumsi barang hasil bioteknologi dapat memperkecil kemungkinan import bahan pangan sehingga akan menguatkan ketahanan pangan di Indonesia. Selain itu, bioteknologi merupakan jawaban atas teori Malthus yang mengatakan bahwa "Laju pertumbuhan penduduk itu seperti deret ukur, dan laju pertumbuhan pangan seperti deret hitung." Yang artinya setiap kali terjadi pertumbuhan penduduk tidak dibarengi dengan kenaikan jumlah bahan pangan untuk mengimbangi kebutuhan pangan. Hal terburuk dari fenomena itu adalah kelaparan dan kemiskinan.Sumber:1.Halim Dan Fransiscus Suraman Rembon. Penerapan Bioteknologi Mikoriza Indigenus Gulma Pada Tanah Marginal Untuk Memperbaiki Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung.2.Sumber




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline