Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa Revolusioner: Dosen Vs Mahasiswa

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Afektivitas adalah sebuah kegiatan tarik menarik. Seorang pengada memiliki sebuah bakat yang dinamakan bakat untuk tertarik. Saat seorang memperhatikan sesuatu yang menariknya, ia dapat menjadi suka atau tidak suka."

Seorang mahasiswa mengacungkan tangannya untuk mendapatkan perhatian dari dosennya. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya dan ia ingin bertanya.

Dosen mengangguk padanya untuk mempersilakan dia bertanya.

"Pak, kalau afektivitas itu bukan cinta, tapi tarik menarik, lalu kenapa kita tidak menggunakan kata gravitasi saja? Bukankah sama saja?"

Dosen mengelah nafas, sambil berusaha bersabar, ia kemudian mendorong sedikit kacamatanya dan menjawab, "saat seseorang memperhatikan sesuatu yang menariknya, ia dapat menjadi suka atau tidak suka. Jelas? Kalau gravitasi itu adalah sesuatu yang lain, sekalipun bentuknya sama, kegiatan tarik menarik."

"Tapi saya bener-bener gak ngerti dari mana kata "afeksi" itu berasal dan digunakan. Setahu saya itu adalah kata-kata yang tersangkut dengan "cinta". Kalau begini, berarti filsafat adalah ilmu yang seenaknya mengacak-acak kosakata bahasa Indonesia,dong?" si mahasiswa berusaha keras untuk menahan senyumnya karena merasa telah berhasil menemukan kecacatan dalam ajaran dosennya. Telah lama ia mendengar bahwa seorang murid yang berhasil adalah murid yang berhasil mengkritik dosennya.

"Ya gak begitu." Dosen mulai bingung bagaimana harus menjelaskan pada muridnya, lagipula ia tidak pernah ingat mengatakan bahwa afektivitas bukanlah cinta. "Begini. Kita tertarik pada apa yang menarik kita, kemudian hasil dari ketertarikan itu bisa menjadi baik atau buruk...."

Akhirnya dosen pun mendapatkan insight bahwa ia harus mengganti satu kata dalam kalimat yang sejak tadi ia gunakan. "... nah kalau tanggapan kita positif, maka itu akan menjadi cinta, kalau tanggapan kita negatif, itu akan menjadi benci. Kalau kita cinta, kita akan begerak menuju hal itu, sebaliknya bila kita benci, kita akan merespon dengan negatif dan menjauhinya. Jelas?"

Si murid terlihat sedang berpikir keras. Ia yakin ada yang salah dengan ucapan dosen ini dibandingkan pemahamannya selama ini mengenai "afeksi". Setelah ia menemukan kesalahan itu, ia bertanya lagi, "kurasa itu bukan cinta, pak. tapi tertarik. Cinta itu kan memberi dengan tulus apa adanya tanpa mengharap kembali, sedangkan benci itu bukan lawan dari cinta. Lawan dari cinta adalah ketidak pedulian."

Dosen geleng-geleng kepala. "Jadi kamu maunya apa sekarang? Mau menciptakan filsafat sendiri?"

"Tidak begitu, pak, saya hanya ingin menanyakan kesalahan dan kekeliruan dalam ajaran bapak yang saya temukan. Karena kalau diteruskan, ini akan berpotensi menjadi ketersesatan. Tidak baik, pak." si Mahasiswa merasa seperti pahlawan sekarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline