Lihat ke Halaman Asli

Pemaksaan Ber-KB, Sebuah Pelanggaran HAM!

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1337416509304502365

Ledakan jumlah penduduk dalam suatu negara mungkin bisa menjadi "senjata makan tuan" bila pemerintahannya letoy atau bahkan tidak memiliki kecakapan. Bila salah urus ledakan penduduk tersebut hanya akan menjadi permasalahan tak kunjung usai.

Mengkonotasikan ledakan penduduk sebagai sebuah hal yang negatif jelas akan berbuntut kepada kebijakan yang salah, baik yang dilakukan oleh pribadi-pribadi dalam keluarga atau pada para pengambil keputusan hajat hidup orang banyak. Sehingga hal yang seharusnya menjadi sebuah potensi akan berbalik menjadi sebuah beban.

Mungkin kita masih ingat jargon "banyak anak, banyak rezeki" yang terpopulerkan di-era almarhum Presiden Soekarno berkuasa dahulu. Tetapi seiring pertumbuhan penduduk dan bergantinya rezim yang berkuasa jargon tersebut tergantikan dengan gaung "Keluarga Berencana" yang punya tagline "Dua Anak Cukup, Laki-Perempuan Sama Saja". Pertarungan psikis terhadap dua jargon tersebut hampir dipastikan telah dimenangkan oleh jargon terakhir. Bahwa kini banyak keluarga-keluarga baru banyak yang takut untuk memiliki anak lebih dari dua. Baik yang berpendidikan tinggi maupun rendah dengan segala variasi tingkat ekonomi yang ada.

Lain negara tentu lain dalam memandang pertumbuhan penduduk yang ada, bagi negara kaya bernama Indonesia pertumbuhan penduduk tersebut dianggap sebagai bom waktu. Tidak bagi negara seperti Palestina, angka kelahiran yang tinggi menjadi sebuah keberkahan yang bisa menjadi sebuah "bibit-bibit baru" pejuang bagi kemerdekaan  negara tersebut. Baik yang akan dimenangkan melalui pertempuran politik maupun pertempuran konvensional. Ledakan penduduk yang terjadi di Palestina secara tidak langsung membuat gentar pihak Zionis Israel. Sehingga kita bisa saksikan kebijakan yang diambil oleh pemerintah Zionis Israel terhadap warga Palestina ada sebuah kebijakan negatif. Menghadang laju pertumbuhan penduduk warga Palestina dilakukan oleh pemerintah Zionis Israel dengan melakukan agresi-agresi militer. Bukan hanya para pejuang Palestina yang menjadi sasaran moncong senjata tentara Zionis Israel, bayi-bayi Palestina yang tak berdosa dan berdaya pun ikut menjadi korban.

Episode pertempuran antara Zionis Israel dan warga Palestina adalah sebuah potret buram dalam memandang negatif sebuah pertumbuhan penduduk. Sama buruknya dengan apa yang terjadi dimasa NAZI-Hitler berkuasa di Jerman yang menghasilkan tragedi holocaust. Bukan hanya itu, aksi pemberantasan terorisme internasional adalah aksi yang sengaja diciptakan untuk menekan angka pertumbuhan penduduk yang berbalut kepentingan politik dan eksistensi pihak-pihak tertentu terhadap pihak tertentu lainnya.

Strategi menekan angka pertumbuhan penduduk yang berbalut kepentingan dan eksistensi politik dan kekuasaan tidak melulu dilakuan dengan "aksi keras". Apa yang terjadi di Indonesia dan negara berkembang lainnya dilakukan dengan cara yang "soft", tetapi lebih berbahaya dan lebih jahat dari apa yang kita saksikan di medan perang kontemporer. Baik yang bersifat lokal, regional dan multi nasional.

Indikasi adanya penekanan laju jumlah penduduk dengan cara yang "soft" tersebut bernama program Keluarga Berencana!.

Program tersebut ditenggarai kini mulai dilakukan dengan cara-cara yang "keliru" dan dalam bentuk "pemaksaan" dan rentan terjadinya sebuah pelanggaran HAM. Bentuk pemaksaan tersebut akan dituangkan postingan selanjutnya, insyaallah.

sumber gambar




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline