Menjadi sarjana adalah tonggak penting dalam perjalanan akademik dan profesional seseorang. Namun, memperoleh gelar sarjana bukan hanya tentang menuntaskan pendidikan formal di perguruan tinggi; ia juga tentang membentuk kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengembangkan keahlian dalam menerapkan pengetahuan di dunia nyata.
Salah satu aspek penting dari kemampuan ini adalah practical value rationality---sebuah konsep yang mencerminkan bagaimana seseorang membuat keputusan berdasarkan prinsip dan nilai yang dipegang, namun tetap mempertimbangkan kepraktisan dan konteks nyata.
Dalam esai ini, kita akan membahas mengapa kemampuan practical value rationality sangat penting bagi seorang sarjana, apa itu sebenarnya, dan bagaimana seorang sarjana bisa mengembangkan kemampuan ini dalam kehidupannya. Pembahasan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana pendidikan tinggi tidak hanya memberi bekal pengetahuan teoretis, tetapi juga melatih seseorang untuk berpikir dan bertindak secara rasional dalam menghadapi tantangan kehidupan nyata.
Menjadi seorang sarjana melibatkan proses yang lebih dalam daripada sekadar lulus dengan nilai baik atau mendapatkan gelar. Seorang sarjana dituntut untuk dapat mengolah pengetahuan yang diperolehnya di bangku kuliah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu aspek utama yang harus dikuasai adalah kemampuan berpikir rasional dalam membuat keputusan yang mempertimbangkan nilai-nilai moral dan etika.
Dalam kehidupan nyata, masalah yang dihadapi sering kali melibatkan dilema yang kompleks dan tidak dapat diselesaikan hanya dengan solusi yang teknis atau teoritis. Kemampuan untuk menyeimbangkan antara idealisme dan realitas inilah yang menjadi inti dari practical value rationality.
Dalam konteks dunia kerja, misalnya, seorang sarjana akan dihadapkan pada situasi di mana kepentingan pribadi, profesional, dan etika sering kali bertentangan. Practical value rationality memungkinkan mereka untuk menemukan jalan tengah yang tetap memegang teguh prinsip moral namun tidak mengabaikan kepraktisan dalam penyelesaian masalah. Keputusan yang baik bukan hanya berdasarkan efisiensi atau keuntungan semata, tetapi juga mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap masyarakat, lingkungan, dan pihak-pihak yang terkait. Dengan demikian, sarjana yang menguasai kemampuan ini akan lebih mampu bertahan dan berkembang dalam berbagai situasi kompleks yang membutuhkan ketajaman berpikir dan kepekaan moral.