Reruntuhan Masjid Pecinan Tinggi yang wujudnya sudah tidak jelas ini berlokasi di kampung Pecinan, Banten Lama. Banten dahulunya dikenal sebagai kota pelabuhan dan perdagangan. Saudagar dari Arab dan Cina sering berlabuh dan bertransaksi dagang dijalur ini.
Jika tidak ada keterangan cagar budaya situs Pecinan Tinggi, pengunjung atau wisatawan tidak akan mengetahui bahwa di kawasan ini dahulunya berdiri sebuah masjid bersejarah
Tidak jauh dari reruntuhan masjid ini terdapat klenteng atau Vihara Avalokitesvara yang berdiri sejak abad ke-16. Vihara ini dikenal sebagai salah satu vihara tertua di Indonesia. Keberadaan vihara ini diyakini merupakan bukti bahwa pada masa itu penganut agama yang berbeda dapat hidup berdampingan dengan damai tanpa konflik.
Masjid Pecinan Tinggi merupakan masjid pertama yang dibangun di Banten lama untuk kepentingan beribadah kaum imigran Cina yang tinggal di kawasan tersebut. Masjid ini dibangun masa Sultan Syarif Hidayatullah tahun 1522-1570 yang istrinya juga berasal dari Tiongkok.
Dalam sebuah penelitan diperkirakan bangunan utama masjid berukuran 12.5 m x 12.5 m, tinggi menara sekitar 10.8 m. Adapun bangunan menggunakan material bata merah dan pondasi dari batu karang.
Kini, Masjid Pecinan Tinggi tinggal menyisakan puing fondasi saja. Namun ini sudah membuktikan, akulturasi sudah berlangsung sejak berabad lalu di bumi nusantara. Proses akulturasi budaya nusantara dan Cina telah berlangsung sejak abad ke-2.
Agak mengherankan jika di masa sekarang masih ada orang yang selalu mempertentangkan masalah etnis dan budaya di republik tercinta ini. Apalagi sampai dibawa ke ranah politik.
Sekilas catatan perjalanan.
Salam Malam Salam 00:00.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H