Tadi aku sempat membaca ulasan menarik tulisan kompasianer tentang "Sate Klatak AADC", sebagaimana kisah Rangga dan Cinta dalam kisah film romantis AADC. Karena aku baru makan sate klatak di Yogya maka kutuliskan catatan singkat mengenai sate klatak yang siang kemarin baru kusantap. Selama jalan-jalan di Yogya, sepanjang warung sate yang kulalui selalu menawarkan sate klatak.
Tidak seperti sate ayam, kambing atau sapi pada umumnya yang menggunakan bumbu kecap atau kacang dan dibakar menggunakan tusuk sate dari lidi/bambu, maka sate klatak dibuat dari daging kambing muda yang disajikan polos tanpa bumbu.
Salah satu penjual sate klatak yang cukup populer ialah warung sate "Pak Pong". Tempat ini sering menjadi kunjungan kuliner artis ibukota yang sedang manggung atau berada di Yogya. Ini terlihat dari foto-foto dan ada tandatangan artis yang dipajang di dinding warung.
Salah satu keunikan sate klatak yaitu cara mengolahnya hanya menggunakan garam dan merica lalu dibakar diatas tungku api yang sangat panas dan cara membakar satenya menggunakan tusuk sate dari jeruji roda sepeda. Sewaktu sate dibakar berbunyi klatak...klatak...klatak, sehingga disebut sate klatak. Namun demikian penyajian sate yang polos tanpa bumbu ini rasanya sangat enak dan gurih. Keunikan lainnya selesai makan sate klatak, ialah: "tusuk sate jeruji rodanya" kubawa pulang untuk kenangan he..he..he'. Inilah kisahku tentang Sate Klatak di Yogyakarta.
Sobat kompasianer pernah makan sate klatak? Jangan ngaku penggemar sate kalau belum pernah menyantap dan menikmatinya. Yuk dicoba deh. Gurih loh!
Salam Kuliner Salam 00:00
*foto-foto dokpri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H