Lihat ke Halaman Asli

Mengingat Hari Buku 23 April 2015

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1429757746560457852

Mengingat Hari Buku 23 April 2015

Membaca buku sebenarnya hobi yang sulit dihilangkan,waktu mulai bisa ‘iqro’ bacaan saya hanyalahcerita bergambar danmajalah anak. Meningkat remaja mulai membaca cerpen, cerbung dan sejenisnya (sesekali juga pernah menulis cerpen dikirim ke majalah remaja). Tak ketinggalan juga kisah legendaris Kho ping ho (kalau ingat cerita silatini yang nempel di kepala yaitu; diatas langit masih ada langit). Selain Kho ping ho, Kisah silat jawa yang paling berkesan buat saya yaitu Nagasasra dan Sabukinten. Bukunya berbentuk jilid tipis, sehari baca 2-3 buku sampai akhirnya tamat. Kisah silat jawa ini isinya masih melekat sampai sekarang walaupun membacanya sudahcukup lama, tokohnya utamanya Mahesa Jenar.

Ngomong-ngomong soal koleksi, di rak/ lemari buku isinya masih sedikit, masih ribuan belum sampai puluhan ribu apalagi jutaan. Bukunya cuma koleksi rumahan yang dibaca waktu senggang. Koleksinya buku-buku umum, seperti; kesehatan, ekonomi, manajemen, sosial, sastra, olahraga, majalah, filsafat, biografi tokoh, novel, sains, sejarah, sosial, budaya, agama. Mengoleksi buku cetak, buat saya memiliki kenikmatan tersendiri walaupun di era kini sudah ada kemudahan dalam mengoleksi buku menggunakan flashdisk atau membaca melalui e-book.

Pengalaman unik mengoleksi buku yaitu bila kita kehilangan salah satu buku koleksi, maka untuk menggantinya tentu harus mencari kembali buku tersebut. Ada satu buku Pramudya Ananta Toeryang saat itu dicari tapi belum ketemu (buku ini sudah tidak dicetak ulang),judulnya Arus Balik, sudah saya cari di jual beli online, meminta bantuan temen dan sambil jalan-jalan menelusuriberbagai toko buku tapi belum dapat.Eeh… ternyata malah nemunya di penjual buku bekas depan rumah makan Manado, sewaktu nganter seorang sahabat lagi shooting filmdi Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini.

doc.pri

Menyimpan bukudengan rapi dan mudah dicari memang jadi masalah. Kalau selesai membaca kadang lupa menyimpan ke tempatnya, sehingga sewaktu memerlukan bingung mencarinya. Paling-paling kita mengingat-ingat kapan dan dimana kita terakhir membacanya, dan yang paling sering terjadi buku nyasar bukan ketempatnya aliasjatuh ke kolong tempat tidur.

Walaupun suka membaca buku mulanya saya tidak tahu kalau ada “Hari Buku”. Setelah membaca di berbagai media ternyata tanggal 23 April merupakan hari buku internasional. Konon asal muasal Hari Buku seperti yang saya baca / kutip dari internet, yaitu:

Setiap tgl 23 April di wilayah Katalonia (Spanyol) mereka merayakan Hari Saint George. Sudah merupakan tradisi, bahwa pada hari tersebut setiap pria harus memberikan mawar kepada kekasihnya. Namun sejak tahun 1923 para pedagang buku disana telah mampu mempengaruhi tradisi ini, dimana dianjurkan agar para perempuan juga membalas pemberian mawar dari sang kekasih dengan buku. Apalagi tanggal tersebut bertepatan dengan hari wafatnya Miguel de Ceervantes seorang pujangga Spanyol dan Shakespeare. Ternyata perubahan tradisi ini berbuah, sehingga pada 23 April 1925 telah terjual habis lebih dari 400.000 buku, sebagai pengganti mawar. Hari itulah yang akhirnya diadaptasi oleh Unesco di Paris pada tahun 1995 untuk dijadikan “Hari Buku Internasional”.

Sekilas kisah ringan dari penggemar buku. Selamat hari buku!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline