Lihat ke Halaman Asli

Menonton Permainan Jerman Bagaikan Menonton Pertarungan “Steffi vs Gaby”

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menonton Permainan Jerman Bagaikan Menonton Pertarungan “Steffi vs Gaby”

Piala Dunia 2014 di Brasil telah berakhir. Juaranya Jerman setelah di final mengalahkan Argentinadi Estadio do Maracana, Rio de Janeiro. Kemenangan disambut dengan gempita. Jerman dan suporternya bersuka ria, sebaliknya Argentina meratapi kekalahan.

Jerman spektakuler! Mempermalukan tuan rumah Brasil di semifinal dengan skor tidak wajar 7-1, dan di final menaklukkan Argentina 1-0. Jerman membuat sejarah, menjuarai Piala Dunia untuk keempat kalinya menyamai rekor Italia. Kedudukan Eropa dan Amerika Latin dalam menjuarai trofi Piala Dunia skor menjadi sama 10-10.

Kemenangan Jerman memberi kesempurnaan, dimenangkan di tanah Amerika Latin. Di negeri dimana peradaban sepak bola sangat dijunjung tinggi dan tempat lahirnya para seniman bola!

Kekalahan Tim Tango dari Tim Panser membuat tangisan pilu rakyat Argentina. Mengingatkan kita pada kisah Evita Peron. Don’t cry for me Argentina. Lagu ini awalnya dinyanyikan Julie Covington dengan lirik dibuat Tom Rice dan komposer Andrew Lloyd Webber dalam opera musik “Evita” .

Lagu ini populer kembali ketika dinyanyikan dan diperankan oleh Madonna dalam film “Perjalanan Hidup Evita Peron”. Lagu ini mengisahkan penyesalan Evita Peron sebagai Ibu Negara yang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya dalam dunia politik.

Dalam Piala Dunia 2014, janji Messi untuk mempersembahkan trofi Piala Dunia tidak terpenuhi. Argentina gagal menjaga martabat benua Amerika Latin.

Pertemuan prestisius Jerman vs Argentina sebenarnya tidak hanya di dunia sepakbola. Jika bernostalgia ke belakang, dalam olahraga tenis lapangan juga ada pertarungan menawan antara dua gadis cantik Jerman dan Argentina, yaitu petenis Steffi Graf dan Gabriela “Gaby” Sabatini.

Tahun 1988 Steffi Graf merupakan ratu tenis dunia yang menjuarai empat seri Grand Slam, Australia Terbuka, Perancis Terbuka, Wimbledon dan AS Terbuka. Di final AS Terbuka Steffi Graf menundukkan Grabiela Sabatini dari Argentina.

Pertarungan Steffi Graf vs Gabriela Sabatini tidak hanya terbatas diajang profesional yang memperebutkan uang jutaan dolar. Dalam Olimpiade Seoul tahun 1988 Steffi Graf juga bertarung di final melawan Gabriela Sabatini untuk memperebutkan medali emas olimpiade yang prestisius.

Tahun 1999 Steffi Graf bertemu kembali dengan Gabriela Sabatini dalam seri Grand Slam, di turnamen Wimbledon Graf mengalahkan Sabatini, kejar-kejaran angka dengan skor ketat 6-4 3-6 8-6.

Permainan Steffi Graf vs Sabatini selalu enak ditonton.Dalam pertemuan Steffi vs Gaby di turnamen tenis, kemenangan lebih banyak diraih oleh Steffi Graf. Sama halnya dengan kesebelasan Jerman lebih banyak menang dibanding Argentina.

Dalam pertandingan sepakbola, sepanjang 2 kali pertemuan di final Piala Dunia, Jerman dan Argentina berbagi angka sama. Piala Dunia 1986 di Mexico, Argentina menang dengan skor 3-2, dalam Piala Dunia 1990 di Italia, Jerman menang dengan skor 1-0. Keduanya sama-sama menang tipis.

Kini dalam pertemuan ketiga di final Piala Dunia 2014 Brasil, dimenangkan Jerman dengan skor tipis 1-0. Gol tunggal yang indah diciptakan Mario Goetze di perpanjangan waktu menit 113.

Pertemuan Jerman vs Argentina bagaikan melihat :

1.Si Cantik mengolah bola.

Menonton pertarungan kesebelasan Jerman vs Argentina bagaikan menikmati permainan cantik Steffi dan Gaby. Selain “main cantik”, pemainnya juga cantik. Waktu menonton mata tak berkedip melihat permainan dan bersorak sorai ketika ada momen yang menarik. Jerman mampu mengkombinasikan umpan-umpan pendek gaya latin dan permainan taktis gaya eropa.Team work kesebelasan Jerman berjalan dengan sangat baik. Permainan yang atraktif.

2.Taktik dan Strategi.

Kejelian pelatih dalam menyusun taktik dan strategi permainan sangat berpengaruh bagi kemenangan tim. Pelatih Joachim Loew sukses menerapkan pola sesuai strategi yang dibuatnya dengan memperkuat jantung pertahanan dan mengefektifkan gelandang dan striker untuk menggedor pertahanan lawan. Serangan Jerman ibarat pukulan smash dan slice Steffi Graf yang mematikan.

3.Keuletan dan Spirit Nasionalisme.

Permainan di lapangan sepenuhnya tergantung pada pemain. Keuletan dan daya tahan tim panser sebagai spesialis turnamen sudah tidak diragukan. Jerman bermental juara, makin lama makin panas. Jerman merupakan tim yang pantang menyerah danmemiliki spirit tempur hingga detik terakhir pertempuran. Jerman selalu merasa lebih unggul dari bangsa lain. Ini yang membuat Jerman menang atas Argentina.

Di Piala Dunia 2014 Jerman memang hebat. Jerman memiliki pahlawan baru, Mario Goetze. Jersey-nya akan laris manis. Deutschlands Uber Alles!

Sekian ulasan Piala Dunia 2014 Brasil. Sampai Jumpa di Piala Dunia 2018 di Rusia.

Salam Kompasiana !!!

Sumber Foto: brasil2014.kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline