Pada tahun 2015, sebanyak 111 siswa di Tasikmalaya keracunan usai mengonsumsi jajanan sekolah yang memakai penyedap rasa saus. Gejala yang para siswa ini rasakan yaitu mual, pusing, muntah dan buang air besar terus menerus. Menurut Kapolrestabes Bandung, keracunan ini disebabkan oleh penggunaan cairan tekstil sebagai komposisi pembuatan saus.
Baru-baru ini juga, mantan anggota girlband ternama asal Jepang, AKB48, yaitu Tomomi Itano beberapa waktu lalu dibawa ke unit darurat salah satu rumah sakit. Menurut kabar yang beredar, ia menderita sakit perut yang terasa sangat parah setelah memakan sashimi. Dari hasil pemeriksaan gastropi, ditemukan bahwa terdapat parasit yang berasal dari ikan mentah atau kurang matang.
Makanan jajanan adalah berbagai jenis makanan yang di jual di pedagang kaki lima, pinggiran jalan, warung, kedai makanan, di pasar, di kantin sekolah, tempat pemukiman dan lokasi-lokasi yang strategis. Makanan jajanan yang dikonsumsi harus terjamin mutu dan keamanannya agar tidak membahayakan kesehatan tubuh yang dapat disebabkan oleh bahaya fisik seperti benda asing selain dari makanan yang akan dikonsumsi, bahaya biologi seperti bakteri dan parasit, serta bahaya kimia seperti pengawet.
Di Indonesia masih banyak makanan jajanan yang kurang aman untuk di konsumsi. Makanan jajanan biasanya menggunakan bahan tambahan pangan (BTP) sebagai penyedap rasa makanan, seperti pewarna, pemanis dan pengawet.
Bahan kimia yang dilarang seperti boraks, formalin, pewarna rodhamin B dan amarant masih terkandung dalam berbagai makanan jajanan.
Boraks adalah salah satu pengawet yang digunakan dalam industri kertas, gelas, pembersih toilet, dan pembasmi hama. Dalam makanan boraks digunakan untuk mengenyalkan makanan. Boraks yang lebih dikenal dengan sebutan pijer dapat ditemui pada makanan seperti bakso, lontong, mie, dan ketupat. Efek boraks jika masuk ke dalam tubuh dapat menyebabkan mual, muntah, diare, kejang perut, iritasi kulit dan gangguan sirkulasi darah. Sedangkan efek jangka panjangnya yaitu menyebabkan kerusakan ginjal, testis, lambung, gangguan sistem saraf pusat, koma hingga kematian.
Formalin merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai pengawet mayat. Dalam makanan formalin dapat ditemui pada ikan asin, mie, tahu, tempe, ayam dan makanan lainnya karena formalin bersifat antimikroba yang dapat membunuh bakteri perusak makanan. Efek formalin dalam tubuh dapat menimbulkan iritasi lambung, muntah, gangguan pencernaan, hati, ginjal, alergi, dan kanker.
Penggunaan pewarna seperti rodhamin B pada makanan seperti minuman, agar, saus dan kue. Efek mengonsumsi saus dalam jangka panjang dapat berpengaruh terhadap kesehatan, diantaranya mengakibatkan sakit tenggorokan, diare, pengerasan usus, gangguan ginjal serta kanker.
Penggunaan BTP dalam makanan boleh digunakan seperti micin atau msg, namun penggunaannya harus dibatasi dan tidak boleh berlebihan. Selain itu, dalam proses pembuatan makanan juga harus diperhatikan dari higiene dan sanitasinya agar makanan yang dikonsumsi aman dan tidak terjadi keracunan makanan.
Sumber:
Jualeha, L. (2016). Penerapan Pengatahuan Bahan Tambahan Pangan pada Pemilihan Makanan Jajanan Mahasiswa Pendidikan Tata Boga UPI. Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 5, No. 1.