Lihat ke Halaman Asli

Debu Semesta

We are dust of universe, aren't we?

Cerpen "Ingin Mati"

Diperbarui: 13 Januari 2021   19:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ingin Mati

Karya: Indi Astriani

 

"Hei, nak." Panggil Kakek Tua.

"I-iya, kek. Ada apa?" Suara takut bocah kecil yang melewati gubuk si Kakek Tua.

Bocah itu langsung lari ketakutan melihat si Kakek Tua yang barusan memanggilnya.

Kakek Tua hidup sendiri dan kesepian tanpa anak isteri. Ia hidup dari belas kasihan warga kampung. Hidupnya berantakan setelah isterinya meninggal digigit ular yang sangat berbisa saat sedang mencari kayu di hutan. Dan anak laki-lakinya gila karena ditinggal kawin oleh calon isteriya. Kakek Tua setiap hari merintih, berdoa agar ia cepat mati.

***

Malih, RT di kampung Sanaga rutin memberi santunan sembako kepada para jompo setiap bulannya. Saat singgah ke gubuknya si Kakek Tua, Malih mencari-cari Kakek Tua dimana ia berada. Ternyata Kakek Tua sedang sembahyang. Malih hanya menunggu duduk di kursi yang hampir roboh itu.

"Ada apa kau kesini, Malih?" tanya Kakek Tua.

"Ini, Kek, sembako bulanan buat Kakek," jawab Malih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline