JAKARTA-Independent, Bencana gempa bumi dan tsunami Aceh memasuki tahun ke-15. Untuk itulah perlu kajian apa saja yang telah terjadi dalam kurun waktu 15 tahun terakhir.
ANRI atau Arsip Nasional Republik Indonesia bekerjasama dengan Unsyiah mengadakan Seminar Internasional sehari di Hermes Hotel Banda Aceh, Kamis, 5 Desember 2019.
Thema utama Seminar Internasional ini adalah,"Reflection of Indian Ocean Tsunami Archives as Memory of the World - Refleksi Arsip Tsunami sebagai Memory of The World."
Hadir juga semua pemangku kepentingan seperti dari lembaga BNPB, Rektor Unsyiah Prof Samsul Rizal, Dr. Khairul Munadi, M.Eng Kepala TDMRC beserta staf, Badan ARPUS Aceh, Mahasiswa Unsyiah, Perwakilan Arsip Nasional, kalangan jurnalis, serta tamu undangan lainnya dengan jumlah peserta lebih dari 250 orang.
Gubernur Aceh berhalangan hadir dan diwakilkan oleh Asisten Asisten Administrasi Umum Setda Aceh, Drs. Bukhari, MM.
Plt Kepala ANRI Dr M Taufik menjelaskan Arsip Tsunami Samudera Hindia telah diakui oleh UNESCO melalui program Memory of the World pada 30 Oktober 2017.
Arsip Tsunami Samudera Hindia juga dapat menjadi bahan pembelajaran bagi generasi saat ini dan di masa yang akan datang khususnya terkait dengan bidang kebencanaan.
Seminar Internasional ini menghadirkan narasumber antara lain: Drs iman Gunarto MHum, Dr Mukhlis, T Ahmad Dadek SH, Yoshimi Nishi PhD, Dr Nazil PhD dan Mubaezi Zaherman.
Disela-sela acara juga diandakan penandatangan naskah kerja sama antara ANRI dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tentang Penanggulangan Bencana dan Kearsipan. Serta ANRI dan Unsyiah.
Kedua kerja sama tersebut memiliki kesamaan ruang lingkup yakni pembentukan pusat studi arsip kebencanaan.
Selanjutnya dilakukan peresmian gedung baru Balai Arsip Statis Nasional di Bakoi.
Proses peresmian dilaksanakan melalui pemotongan pita oleh Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala ANRI, M. Taufik, dan Staf Ahli Bidang Hukum Menteri PAN & RB, Tin Zuraida.