JAKARTA-Independent, Kapal fery KMP Gurita tenggelam pada tanggal 19 Januari 1996 di teluk Balohan Sabang.
Tidak terasa sudah 23 tahun kapal fery KMP Gurita yang naas itu tenggelam di dasar laut dan hilang untuk selama-lamanya, termasuk kedua orang tuaku.
Kapal fery KMP Gurita yang kapasitasnya hanya untuk sekitar 210 orang, ternyata memuat 378 orang.
Dari jumlah penumpang 378 orang, hasil riset dari Riset Independent dan PUSPIATUR (Pusat Sejarah Peradaban Islam Aceh Turki) bahwa ada 40 orang berhasil diselamatkan, 54 ditemukan tewas dan 284 orang dinyatakan hilang bersama-sama dengan KMP Gurita yang tidak berhasil diangkat dari dasar laut.
Pada hari Sabtu 19 Januari 2019 nanti tepat sudah 23 tahun tenggelamnya kapal fery KMP Gurita.
Penumpang kapal naas itu khusus berasal dari kota Sabang, kota Banda Aceh, kabupaten Aceh besar, provinsi Sumatera Utara serta dari manca negara.
Kepada seluruh masyarakat Aceh umumnya dan kota sabang khususnya diharapkan doa bersama, yasinan dan membaca doa Al fatihah 7 kali untuk muslimin dan muslimat yang meninggal dunia.
Hal ini dapat dilakukan pada malam Jumat, Saat khutbah Jumat, Zikir malam Sabtu, Doa bersama pada hari H, 19 Januari 2019 direncanakan akan dilaksanakan di atas kapal fery KMP BRR jam 07:30 WIB berangkat menuju titik lokasi kapal fery KMP Gurita tenggelam.
Bagi warga Sabang dan sekitarnya yang ingin melakukan doa bersama dari atas kapal fery KMP BRR dapat berangkat dari Balohan Sabang dengan jadwal trip I menuju Banda Aceh.
Rachmad Yuliadi Nasir (WA:0888.7211.300) Salah seorang anak korban tenggelamnya kapal fery KMP Gurita