Lihat ke Halaman Asli

Aku, Lapas dan Sekolahan#Edisi LPKA

Diperbarui: 16 Januari 2017   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendidikan adalah hak semua warga Negara Indonesia, tidak peduli apa latar belakang mereka, suku apa dan agamanya apa, berhak untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Mulai pendidikan dari keluarga, lingkungan dan sekolah. Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan tersebut. Pendidikan yang wajib di ikuti adalah proses belajar di bangku sekolah formal , baik itu Tk, SD , SLTP maupun SMA. Akan tetapi hal itu Nampak berbeda bagi mereka’ iya mereka yang sekarang berada di dalam tahanan anak. mereka harus menjalani masa hukuman atas perbuatan yang di lakukannya alias menjadi Napi Anak. Karena masih anak – anak jadi usia mereka berkisaran 9 tahun samapai dengan 18 tahun atau masih di kategorikan anak – anak. usia yang seharusnya masih menjalani belajar di bangku sekolah formal.

Akan tetapi Tuhan  dan kedaan berkata lain, yang mana mereka harus menjalalni sebagian kehidupannya di dalam lapas anak. Ada sebuah penyesalan pada dirinya dengan apa yang ada sekarang, akan tetapi hal itu sudah terlamabat. akan tetapi pihak lapas tidak serta merta memutuskan hak mereka untuk belajar, artinya pihak lapas menyediakan fasilitas untuk belajar dengan mendatangkan guru , dan mengajar untu mereka sesuai tingkatan waktu dia berhenti sekolah. Namun tetap suasana dan ras bersekolah di sekolah normal itu berbeda, menurut “ Salah satu Napi Anak “ Seandainya Bersekolah, mungkin aku tak akan pernah berada dibalik jeruji besi ini, mungkin juga tanbah parah[ dengan emotion tertawa]. 

Hidup ini sebuah perjalanan yang panjang dan jauh, dalam perjalanan hidup ku ini, didalam hidupku yang sekarang ini aku sering membungkam seandainya dulu aku bersekolah apakah dirimu? akan menjadi orang baik atau malah sebaliknya?. Tapi apakah aku kau diterima badanku kan banya tinta. Sealin itu dengan anak yang berbeda” Seandainya aku bersekolah aku akan belajar lagi. Hampir sama dengan apa yang dirasakan oleh anak lainya, dia Pangil saja Matahari[1]” Ia berkata seandainya aku bersekolah’ aku akan belajar lagi dengan giat  dan saya tidak inggin mengecewakaan orang tua saya. 

Seandainya dulu aku tidak kenal sama seseorang yang menjerumuskan aku ke dalam lembah hitam ini  aku akan mencari ilmu setinggi dan sejauh mungkin dulu aku pernah dinasehati sama orang tua saya , saya dilarang bermain wanita, karena anak  laki –laki kalau kenal dengan wanita cita – cita dan masa depan bisa suram. Seandaikan dulu aku nurut sama orang tua yaitu bapak dan ibu guru ku , aku pasti bisa menjadi orang yang bisa dipercaya. sekarang aku masuk penjara di awasi sama petugas yang menjaga saya disini  , Cuman” bisa pasrah dan menyesali perbuatan yang dulu aku pernah lakukan aku disini, hanya merenung dan berharap bisa cepat bebas serta inggin bersekolah kembali dan tidak mengenall hal – hal negative lagi.

......"

Ku Tak punya siapa – siapa

sendiri menjalani hidup sulit ini

Tak punya teman , orang tua

Tak ada yang menyayangiku

Kesepian tak punya siapa – siapa

Kamu tempat curhatku

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline