Lihat ke Halaman Asli

Memahami Rumitnya Pola Pikir Penderita Distimia Melalui Buku "I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki"

Diperbarui: 3 Juni 2022   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki" karya Baek Se-hee

I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki merupakan buku self-improvement karya Baek Se-hee yang kemudian menjadi best seller setelah diterbitkan di Korea Selatan, dan sudah diterjemahkan ke beberapa bahasa, salah satunya Bahasa Indonesia. Buku ini menceritakan pengalaman penulis yang sedang berjuang melawan distimia --- bentuk kronis (jangka panjang) dari depresi.

I Want to Die but I Want to Eat Tteokpokki merupakan buku yang sangat unik karena memiliki format yang berbeda dari buku self-improvement kebanyakan.

Buku ini dikemas dalam bentuk dialog antara penulis dengan psikiaternya. Terbagi ke dalam 12 bab, yang artinya 12 kali pertemuan di setiap pekan, buku ini ditulis apa adanya berdasarkan catatan pengobatan dan pengalaman yang dialami oleh penulis, sehingga terasa sangat tulus dan jujur.

Mungkin hal ini yang membuat banyak orang turut merasakan apa yang ditulis oleh Baek Se-hee, karena para pembaca merasakan kedekatan dengan kehidupan mereka.

Tidak hanya berupa dialog, di awal bab, Baek Se-hee menuliskan paragraf singkat mengenai apa yang dirasakannya dalam satu minggu terakhir sebelum ia datang untuk berkonsultasi, semacam pengantar dari isi bab tersebut. Lalu, di setiap akhir bab, Baek Se-hee juga turut menuliskan esai singkat yang berisi rangkuman pengobatannya di minggu itu, serta diselipkan kontemplasi.

Selain itu, di akhir bab juga terdapat kutipan dari pernyataan yang psikiaternya sampaikan di sesi pengobatannya hari itu. Topik yang dibahas dalam buku ini di antaranya mengenai hubungan dengan keluarga, teman-teman, rekan kerja, dan asmara, serta pencarian jati diri, juga obsesi dengan penampilan.

Buku ini memberikan gambaran kepada pembaca mengenai bagaimana proses perawatan kejiwaan dengan psikiater berlangsung. Buku ini mengajak pembaca untuk memahami betapa rumitnya pola pikir orang yang sedang mengalami depresi. Beberapa orang mungkin akan beranggapan bahwa masalah yang sedang dialami oleh Baek Se-hee terlihat sepele.

Namun, kita tidak dapat menganggap bahwa apa yang sedang dialami oleh penulis merupakan hal yang remeh, karena setiap orang pasti memiliki permasalahan serta pola pikirnya masing-masing. Buku ini mengajak para pembaca untuk melihat suatu permasalahan dari sudut pandang yang berbeda.

Seperti yang disampaikan oleh dr. Jiemi Ardian, Sp.Kj di bagian pengantar, bahwa karya sastra ditujukan bagi orang-orang agar dapat memahami pola pikir orang lain. Dengan membaca karya sastra, kita menjadi lebih mudah memahami sudut pandang orang yang berbeda dengan kita.

Dengan menulis buku ini, Baek Se-hee berharap dapat menggandeng banyak tangan orang-orang yang juga mengalami depresi maupun distimia. Bahwa depresi bukanlah sebuah persoalan sepele yang dapat dihiraukan, namun sesuatu yang perlu diatasi dengan serius.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline