Lihat ke Halaman Asli

Berjalan Menyusuri Waktu

Diperbarui: 30 November 2023   21:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tak terasa perjalanan kehidupan di tahun 2023 akan memasuki bulan desember artinya proses kehidupan di tahun 2023 berada di awal bulan penghujung penutupan tahun. Tentunya etape perjalanan yang kita lalui bersama didalam kehidupan ini ada yang mirip, ada yang berbeda tergantung ruang dan waktu yang dilalui.

Hidup yang kita jalani ini merupakan proses menuju suatu titik kemenangan yang dicita-citakan. Dalam menuju suatu titik itu terkadang kita tak sabar bahkan kita terkadang sembrono dalam merangkai giat yang dijalani. Terkadang kita terburu-buru dalam menangkap narasi kehidupan yang ditunjukkan oleh fenomena alam semesta.

Suatu ketika saya mendengarkan ceramah singkat yang disampaikan oleh seorang dai dimedia sosial tiktok dan youtobe beliau mengatakan bahwa perjalanan hidup kita ini dari satu waktu ke waktu yang lain hanyalah untuk sujud kepada Allah SWT Sang pemberi rizki yang Maha Rahman dan Maha Rahim serta pengatur Jagad semesta alam. Sedangkan harta jabatan kekuasaan kekayaan merupakan rangkaian yang sudah digariskan oleh Allah SWT Sang Pengatur Alam Semesta karena semua itu milik yang Zat Yang Maha Sempurna jadi semua itu merupakan titipan dan harus dijaga serta dirawat dengan baik dan benar.

Semua harta kekayaan dan kekuasaan yang didapatkan oleh manusia sesuai dengan kadar yang digariskan oleh Allah SWT jadi tak ada yang dilebihkan-lebihkan. Justru manusia lah yang terkadang melebih-lebihkan apa yang sudah didapatkan berupa pangkat dan jabatan serta kekayaan. Bahkan sampai ada yang konflik dan bermusuhan akibat prasangka yang berlebihan sehingga terjadi ketidakseimbangan kehidupan.

Pada prinsipnya kita hidup di dunia ini adalah untuk sujud kepada Allah SWT. Sujud merupakan suatu ungkapan rasa syukur seorang hamba yang patuh dan taat akan perintahNya. Pada sisi merupakan wujud dimana menunjukkan rasa penghormatan kepada yang Maha pemberi rizki dan kehidupan serta rasa menunjukkan rasa kerendahan hati derajat manusia dihadapan Allah SWT.

Memang secara psiklogis sujud memiliki nilai lebih dibandingkan dengan rukun shalat yang lain. Ketika sujud posisi seseorang benar-benar mununjukkan kerendahannya di hadapan Sang Khaliq. Bagaimana tidak, kepala yang menjadi bagian paling istimewa dalam tubuh manusia dan tempat bersemayamnya pancaindera serta anggota tubuh yang paling dimuliakan oleh manusia, tiba-tiba diposisikan begitu rendahnya hingga rata dengan tanah, tempat kaki berpijak. Sebenarnya sujud menjadi wahana intim antara hamba dengan Allah swt. Pada saat itulah mereka merasakan ke-hinaannya dan sekaligus ke-agungan Allah swt. Begitulah yang diisyaratkan Rasulullah saw dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.

Jarak paling dekat antara seorang hamba dengan Allah swt adalah ketika (hamba tersebut) sedang sujud Demi mengkondisikan kehinaan dirinya sebagai hamba dikisahkan bahwa Umar bin Abdul Aziz selalu sujud di atas tanah. Sehingga kulit jidatnya bertemu langsung dengan tanah dan hidungnya dapat mencium bumi.rdo Kehinaan seorang hamba ketika bersujud tidaklah sia-sia, karena Allah swt berjanji akan menaikkan derajat orang tersebut dan sujud itu akan menyingkirkan berbagai macam keburukan darinya. 

Dengan kata lain sujud juga dapat menjadi salah satu terapi menghindarkan diri dari berbagai keburukan dan kemaksiatan, sebagaimana shalat dapat mencegah diri dari kekejian dan kemungkaran. Begitu pentingnya makna sujud sehingga Rasulullah saw pernah berwasiat kepada salah satu sahabatnya:  " Bahwasannya seorang lelaki berkata kepada Rasulullah saw, "do'akanlah aku agar dapat menjadi orang yang menerima syafaatmu (di hari kiamat) dan mendapatkan rizqi dengan menemanimu di surga" kemudian Rasulullah saw menjawab "maka aku perintahkan untuk memperbanyak sujud"sumber Silahkan di klik

Menyusuri waktu dengan memperbanyak sujud pasti memiliki implikasi hidup kita bahwa sesungguhnya apa yang kita dapatkan merupakan bukan datang dengan tiba-tiba ada proses dan ikhtiar yang dilakukan. Proses itu yang sejatinya akan mempengaruhi hasil yang akan dicapai. Jika proses yang dilalui dengan awal yang benar pasti pada akhirnya akan memperoleh hasil yang maksimal. Seperti pepatah Arab man jadda wa jadda menegaskan bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil. Siapa saja yang memiliki keyakinan, melakukan, totalitas, dan konsisten akan memperoleh hasil berupa keberhasilan dan kesuksesan.

Mari kita yakini bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu, misalnya perubahan akan dirinya, mendapat rezeki, ilmu, kelulusan ujian dan sebagainya. Maka dia harus melakukan suatu usaha secara aktif dan nyata. Sesuai janji Allah, "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia" (Q.S.Ar Rad : 11).

Kemudian apapun yang menjadi masalah akan terselesaikan pada waktunya asal mau terus berusaha. Seperti firman Allah Swt. dalam al-Qur'an surat at-Taubah ayat 105, "Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan."  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline