Lihat ke Halaman Asli

Menjadi Manusia Paripurna

Diperbarui: 16 September 2023   00:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menjadi manusia paripurna merupakan kehendak dan keinginan dari masing-masing pribadi sebagai manusia utusan Allah. Sebagai seorang hamba utusan Allah maka memiliki sebuah kewajiban untuk menjalankan segala macam perintahNya dan menjauhi Segala macam laranganNya. Atas dasar itulah maka manusia berkehendak untuk setiap waktu menggapai kehidupan yang paripurna dengan bersandar secara yakin kepada Allah SWT.

Secara pasti dalam menjalani seluruh proses kehidupannya manusia ingin menjadi yang paling sempurna dan paripurna. Entah dalam menjalani kegiatan ibadahnya, kegiatan mencari nafkahnya, pertemanan, belajar yang termasuk urusan dunia manusia itu berharap akan sempurna dan paripurna. Proses kesempurnaan dan paripurna dibutuhkan upaya pemikiran dan gerak yang harus dirancang dipahami secara diyakini kebenarannya berdasarkan rujukan Al Quran dan Sunnah. Karena dalam ajaran agama Islam standarisasi terdapat didalam rujukan sekaligus tuntunan melalui alquran dan Assunnah sesuai yang diajarkan dan diperintahkan nabi Muhammad SAW.

Dalam menjalani proses kehidupan secara pasti banyak halangan dan rintangan yang perlu di tempuh. Proses rintangan yang dinamakan ujian musibah bagi manusia yang beriman dapat dikatakan menuju hal yang paripurna yaitu membangun sikap ketaqwaan kepada Allah SWT. Manusia paripurna dalam benak pikirannya harus disesuaikan dengan apa yang dia pikirkan dan dia dapatkan secara keilmuan. Dia harus selaras denga apa yang diucapkan dan dengan apa yang dia pikirkan.

Oleh karena itu maka ada tujuan atau makna ketika manusia ingin menepaki dua jalan paripurna melalui proses yang pertama mujahadah yakni upaya membangun suatu perjuangan dalam menghadapi rintangan dan cobaan serta yang paling penting adalah melawan hawa nafsu dengan kecenderungan jiwa yang rendah. Proses mujahadah inilah yang harus betul-betul  diperjuangakan oleh setiap manusia muslim supaya tidak kendor dalam menggali keilmuan dan proses menuju paripurna. 

Kedua riyadhah latihan spritual untuk menumbuhkan sikap keberagamaan dan sikap tauhid dengan selalu Penyucian diri dari apa saja selain Allah dan menenggelamkan kesadaran hati dalam zikir kepada Allah. Dari sini mampu menangkap alam dalam (ghaib)

Menurut al-Ghazl adalah jiwa manusia yang bisa mencapai tujuan hidupnya merupaka ma'rifah. Yakni  tujuan hidup manusia adalah  dengankesempurnaan jiwanya, yang bisa mengantarkan pada ma'rifah. Dengan demikian kesempurnaan manusia terkait dengan substansi essensialnya, al-nafs (jiwa). Karena jiwa mempunyai sifat dasar mengetahui yang bisa mencapai puncak pengetahuan tertingginya ma'rifah kepada Tuhan. 

Ajaran Islam yang sangat sempurna tersebut tentunya harus terwujud dalam sikap dan perilaku sebagai seorang muslim. Islam tidak hanya sebatas tataran konsep yang hanya dibaca tanpa diaplikasikan dalam laku hidup sehari-hari. Oleh karena itu, menurut Muhammad Abduh ada sembilan hal yang harus dilakukan oleh seorang muslim agar menjadi muslim yang paripurna. 

Pertama, sebagai seorang muslim harus menjadikan Islam sebagai petunjuk dari yang sesat. Kedua, penyembuh bagi yang menderita Ketiga, sebagai pelembut bagi yang kasar Keempat, sebagai pencerah bagi yang bodoh. Kelima, sebagai motivator bagi yang malas. Keenam, sebagai pendorong kemajuan bagi yang terbelakang Ketujuh, sebagai penyatu bagi yang terpecah Kedelapan, sebagai pelindung bagi yang teraniaya Kesembilan, sebagai pembebas dari kejumudan pemikiran.

Proses kesempurnaan menurut Muhammad Abduh diatas memiliki suatu korelasi terhadap apa yang sedang dihadapi oleh manusia di dunia yang fana ini. Manusia diberikan kemampuan oleh Allah  untuk mengembangkan ilmu dan daya nalarnya, yakni dengan menghubungkan kata insn dengan nazhar yang berarti perenungan, pemikiran, analisis dan pengamatan terhadap perbuatannya di dunia. Jalan kemampuan yang diberikan oleh Allah betul-betul dimanfaatkan dengan akalnya manusia dapat memenuhi segala kebutuhan hidupnya.  Yakni dengan melakukan perbuatan baik di dunia.

Namun ada juga sebaliknya manusia jika diliputi hawa nafsunya secara pasti akan menumbuhkembangkan sifat keburukannya, Bahkan sifat kebinatangan pun melekat dalam pribadi manusia. Sifat itu harus dihilangkan dengan kembali mengingat Allah dalam setiap rangkain ibadah kepadaNya. Berbuat baik kepada diri sendiri (li nafsihi), berbuat baik kepada sesama (li ghairihi), dan berbuat baik kepada alam semesta (li al-alamin). Insan paripurna berupaya menciptakan karya yang baik (al-a'mal as-shalihah), yaitu karya-karya yang membawa kebajikan dan kemaslahatan, yang tidak hanya baik bagi pelakunya tapi juga membawa manfaat bagi semua makhluk. 

Dalam Firman Allah ta'ala dalam surat ali imran ayat 112 : Kehinaan ditimpakan kepada mereka di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka pasti mendapat murka dari Allah dan kesengsaraan ditimpakan kepada mereka. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampaui batas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline