Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Film Buya Hamka

Diperbarui: 28 April 2023   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Tak sengaja kemarin siang anak ku yang pertama mengajak dan meminta untuk menonton film Buya Hamka di salah satu bioskop di kawasan Cijantung Jakarta Timur. Tanpa berfikir panjang permintaan itu saya kabulkan sekaligus untuk mengajaknya refresing menghilangkan sedikit kejenuhan dalam liburan lebaran. Maklum untuk tahun ini keluarga kami tak merencanakan untuk pergi ke luar kota cukup beraktifitas di dalam kota Jakarta.

Sore hari pukul 17.30 kami berangkat bertiga bersama ke bioskop untuk menonton film Buya Hamka. Kemudian kami menuju cashier untuk memesan tiket masuk menonton film yang dimaksud. Harga tiket cukup terjangkau dengan harga Rp.40.000 per orang sudah dapat menikmati tontonan film Buya Hamka. Tertera dalam tiket harga Rp.40.000 di studio 2 dan pukul 19.05 kami dipersilahkan masuk. Sebelumnya kami melaksanakan sholat mahgrib terlebih dahulu di masjid yang berada di lt 4 di salah satu mall di kawasan Cijantung Jakarta Timur.

Kami menunggu selama kurang lebih 1 jam sambil menunggu kami manfaatkan untuk ngemil camilan sambil duduk lesehan di ubin menikmati suasana yang ada dalam mall tersebut. Suasana yang agak rame para penonton yang ingin menonton beberapa film yang tersedia di dalam bioskop tersebut. Pukul 18.50 kami beranjak ke masuk ke dalam Bioskop sambil menanti waktu untuk masuk ke dalam studio. Pukul 19.05 tepat ada pengumuman dari pusat informasi yang memperbolehkan kami masuk studio 2. Di dalam studio 2 sebelum acara film dimulai ada beberapa iklan dan pengumuman informasi terkait proses kami menonton film di dalam studio 2.

Pertunjukkan film pada akhirnya dimulai setelah tayangan iklan dan informasi dari pihak pengelola bioskop. Pertunjukkan film Buya Hamka kami seakan diajak untuk masuk ke dalam era dimana Buya Hamka masih hidup dan beraktifitas serta berdakwah ditengah masyarakat mulai dari zaman kolonial hingga kemerdekaan. Film Buya Hamka yang tonton semalam masih volume 1 dari 3 volume yang direncanakan akan tetapi dari volume 1 semalam banyak pembelajaran yang dapat kita petik untuk menjadi bagian pembelajaran kehidupan kita ke depan.

 Film Buya Hamka diambil dari https://21cineplex.com/buya-hamka,130465,13BHAA.htm. Film Buya Hamka termasuk Jenis Film Drama, Biopic yang dpProduseri oleh Frederica, Chand Parwez dan  Sutradara Fajar Bustomi kemudian Penulis Alim Sudio, Cassandra Masardi. Film ini di Produksi Falcon Pictures, Starvision yang kemudian dibintangi oleh arti pemeran yaitu CastsVino G Bastian, Laudya Cynthia Bella, Donny Damara, Anjasmara, Reza Rahadian, Ayu Laksmi, Desy Ratnasari, Rifnu Wikana, Mathias Muchus, Reybong, Marthino Lio, Mawar De Jongh.  Kemudian di dalam keterangan Sinopsis Volume 1 Periode dimana Hamka menjadi pengurus Muhammadiyah di Makassar dan berhasil memberikan kemajuan yang pesat pada organisasi tersebut. Hamka juga mulai menulis sastra koran dan cerita romannya disukai para pembaca. Hamka dan keluarganya pindah ke Medan, karena Hamka diangkat menjadi pemimpin redaksi majalah Pedoman Masyarakat. Posisi ini membuat Hamka mulai berbenturan dengan pihak Jepang hingga harus ditutup karena dianggap berbahaya. Kehidupan keluarga Hamka pun terguncang ketika salah satu anak mereka meninggal karena sakit. Usaha-usaha Hamka untuk melakukan pendekatan pada pihak Jepang malah dianggap sebagai penjilat dan dimusuhi, sehingga Hamka diminta untuk mundur dari jabatannya sebagai pengurus Muhammadiyah. https://21cineplex.com/buya-hamka,130465,13BHAA.htm

Ada beberapa pembelajaran yang dapat kita ambil menjadi tuntunan di dalamnya Pertama. Dakwah menegakkan kalimat Tauhid ini ini yang harus menjadi pegangan untuk kita ambil dari dalam perjuangan dinamika kehidupan. Proses itulah yang dilalui oleh Buya Hamka dalam hiduonya tergambar dalam filmnya volume 1 semalam. Kesadaran menegakkan kalimat Tauhid yang memberikan garansi keberhasilan seorang Buya Hamka dalam mengemban amanah sebagai pemimpin Muhammadiyah di Makasar dan Sumatra Timur serta menjadi Pimpinan Redaksi majalah Pedoman Masyarakat.  Hal ini senada dalam Firman Allah : "Sesungguhnya orang-orang yang berkata, "Tuhan kami adalah Allah," kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), "Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu." (Fussilat : 30)

Proses kehidupan yang dilalui oleh Buya Hamka digambarkan dalam film itu penuh dengan lika-liku perjuangan hidup dalam menegakkan kalimat Tauhid. Kalimat itu merupakan prinsip bagi Buya Hamka dalam dakwah dan sebagi syiar agama Islam ke seluruh wilayah Nusantara. Buya Hamka menjelaskan bahwa begitulah proses sunnatullahNya jika ingin manusia masuk surga. Allah akan memberinya cobaan dan derita untuk menguji hambaNya dan agar lebih mengerti tentang arti sebuah perjuangan dalam hidup, meski berdoa kepadaNya juga wajib dan penting.

Kemudian Kedua Kesetian dan cinta Kepada pasangan Hidup yang digambarkan dalam film tersebut. Sosok seorang istri yang digambarkan dan diperankan oleh Claudia Chintya Bella yang memerankan sitti Raham. Kesetian dan Cinta menjadi hal yang sangat penting dalam suatu kehidupan rumah tangga. Di dalam rumah tangga keberhasilan seorang suami dalam karir dan pekerjaan ada sosok peran yang sangat penting dibelakangnya yaitu Istri. Kemudian sosok Buya Hamka yang romantis dan setia di dalam kehidupan keluarganya. Termasuk adegan saat dia menolak untuk berpoligami dan memilih setia untuk terus membangun keluarga kecilnya bersama Siti Raham. Kemudian ada pesan adegan yang dapat kita ambil adalah "dakwah tidak melulu dilakukan di mimbar-mimbar ataupun di masjid-masjid. Dakwah bisa dilakukan dimanapun, termasuk dakwah melalui kisah romansa" hal itu diungkapkan oleh Siti Raham (istri Buya Hamka).  Rasa cinta dan kesetian memberikan arti perjuangan ketulusan dari sosok Buya Hamka tergambar dari film Buya Hamka.

Ketiga yang dapat kita ambil perjuangan dalam ketulusan walaupun begitu banyak persoalan kehidupan yang dialami oleh sosok Buya Hamka akan tetapi ketulusan dalam jalan perjuangan dalam berdakwah dan syiar Islam terus terpatri dalam jiwa dan hatinya. Walupun ada fitnah, cobaan, dan ujian mengisi ruang kehidupannya beliau tetap tulus dalam berjuang untuk keluarga dan masyarakatnya. 

Keeempat menulis beliau salah satu ulama yang aktif dalam menulis dan menghasilkan beberapa karya yang roman serta buku yang luar biasa hebatnya. "Cita-cita seorang pengarang ialah meninggikan kecerdasan kaumnya. Sebagaimana seorang petani mencangkul menghasilkan tanaman dan tentara tampil ke medan perang membela kemerdekaan tanah air, maka pengarang menggunakan penanya buat mencerdaskan kaumnya, kemajuan dan peradaban, membela kesopanan, dan mempertahankan kesucian, sehingga bangsanya itu dapat duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan bangsa lain," ujar Buya Hamka. https://madrasahdigital.co/wacana/yang-mesti-dimiliki-penulis-menurut-buya-hamka/

Empat pesan itulah yang tergambar dari sosok perjalanan buya Hamka dalam gambaran filmnya dalam Volume 1 yang telah tayang di bioskop. Kemudian latar yang digambarkan sesuai dengan tampilan aslinya yaitu budaya Minangkabu dimana sosok Buya Hamka yang dilahirkan dan dibesarkan dari keluarga Minang Kabau. Sumatra Barat. Kesan yang mendalam ketika Bangsa Indonesia sedang di uji oleh krisis identitas maka film ini dapat menjadi tuntunan bagi kita masyarakat Indonesia. Sosok keteladan dari Buya Hamka seorang guru, ulama, penulis, orangtua yang menjadi gambaran kisah teladan bagi generasi penerus berikutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline