Kulirik lagi. Jam dinding, tampak mencibir. Jarumnya seperti sengaja melambat. Mencemooh kerisauanku. Kulirik ia yang tengah serius memeriksa berkas. Melirik jam dinding lagi. Ah, baru beberapa menit. Tapi terasa begitu lama. Membiarkan kenangku terbang. Melayang melintasi waktu. Seperti cuplikan film, kilasan-kilasan peristiwa berkelebatan di benakku.
"Ayah tak akan terlalu mengaturmu, Lis. Satu saja permintaan Ayah, jauhi dosa!" Duh, betapa sedihnya Ayah, jika mengetahui perbuatan nirca anaknya. Tak terhitung lagi, dosa yang menembus rahimku. Menyisakan aib dan rasa sakit.
"Gak mungkin, Lis. Abang kan mandul. Makanya kakakmu ga punya anak." Pantesan, dia tenang-tenang saja. Datang lagi dan lagi. Dan aku tak bisa menolak.
"Om sih gak apa-apa Lis menolak. Tapi maaf kalau Ayahmu melihat ini..." Rekaman desah dan keringat kakak iparku. Aku pun kalah lagi. Dan tak cukup hanya sekali. Belum lagi kamu, yang mengaku pacarku. Yang selalu mencumbuku setiap kali bertemu.
"Lis..." Deg.
"Ternyata positif," kata dokter. Lembut. Tapi terdengar menggelegar di telingaku.
=======
Catatan:
Elisa: Enzyme-Linked Immunosorbent Assay. Sebuah metoda uji serologis yang umum digunakan di laboratorium imunologi. Biasanya digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya virus HIV.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H