Lihat ke Halaman Asli

Inda Nugraha Hidayat

Guru | MC | Penulis

Flash Fiction: The Legend of Love

Diperbarui: 1 Januari 2020   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"Cinta, Mang. Bukan soal harta atau tahta," katanya. "Bukan soal bentuk tubuh atau wajah." Tatapnya begitu tajam, menancap dalam di wajahku. Dalam. Sangat dalam. Semakin dalam. Lalu perlahan berpaling. Dan hinggap di bayangan bulan perahu. Bayangan angan yang terapung-apung di arus sungai. Berkilauan.

"Cinta itu tentang rasa." Perlahan, tangan kirinya mengelus punggungku. Lembut. Mengalirkan kehangatan. Mengusir hawa dingin angin sunyi.

"Cinta, Mang. Hadirnya tak bisa dipaksa, tak bisa ditolak." Ada yang menggenang di matanya. Ada bayang kesedihan. Ada rona kekecewaan. Kelabu.

"Cinta, Mang. Sejatinya terasa walau tak teraba. Terikat meski tak terlihat." Sepenuh kasih, diciumnya ubun-ubunku. Berbagai rasa, semakin bergelora di dalam dada. Tapi aku hanya bisa diam. Hanya diam. Diam. Mencoba menghikmati kehangatan cinta, yang mengalir deras ketika pelukannya semakin erat. Sungguh, tak tahan rasanya. Ingin melolong. Meluapkan degup jantungku. Meneriakkan lagu bahagia.

"Cinta Mang, Mbi, lagu kalbu sepanjang waktu. Hanya untukmu. Hanya untukmu."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline