Lihat ke Halaman Asli

Kisah di atas Bentala - Tangisan yang Terpendam

Diperbarui: 25 Januari 2025   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Agnesh kini tengah terbaling lemah di atas kasurnya, badannya terbungkus dengan selimut berwarna biru laut. Gadis itu tertidur selama 2 jam setelah mandi sore dan mengobati luka-luka dibadannya.

Badan Agnesh demam, dan dia juga menggigil. Entahlah, mungkin efek luka-luka yang ada di tubuhnya.

Ceklek

Kailash membuka pintu kamar Agnesh. Masih lengkap dengan setelan jas kantor yang dikenakan, lelaki itu berjalan ke arah Agnesh berbaring. "Gadis pemalas!" Kailash membuang selimut yang menutupi tubuh Agnesh. Lalu menarik gadis itu hingga tersungkur ke lantai.

"Akhh!" Agnesh memekik pelan saat kepalanya membentur lantai.

"Bangun, rupanya selain bodoh kamu juga pemalas ya!" Kailash menarik lengan Agnesh kasar hingga gadis itu berdiri.

Lengan Agnesh yang baru saja diobati dicengkeram kuat oleh Kailash, membuat rasa sakit kembali menderanya.

"Mana hasil ulangan kamu? Tadi saya bertanya pada gurumu dan katanya hari ini kamu ulangan,"  kata Kailash tanpa melepas cengkeramannya dari tangan Agnesh.

Agnesh menggigit bibir bawahnya menahan sakit sekaligus takut. Jantungnya berpacu dengan sangat cepat, bagaimana nasibnya setelah ini? Mengingat hasil ulangannya yang berada di bawah angka sembilan puluh. Jika harus dipukuli Ayahnya lagi, Agnesh sudah tidak sanggup. Tubuhnya terasa remuk.

"Mana Agnesh?!" Kailash menaikkan intonasi suaranya membuat Agnesh berjingkat kaget.

"A-ada di tas, Y-yah," lirih Agnesh dengan terbata-bata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline