Lihat ke Halaman Asli

Afeksi yang Bersambung

Diperbarui: 17 Juni 2015   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerita ini berawal ketika aku duduk di kelas dua SMP, siang itu aku berpapasan dengannya saat hendak pergi ke kantin sekolah, entah mengapa aku langsung teratensi kepadanya. Sekilas aku mempersepsikan berkepribadian introvet yang cuek dan pendiam, dan pada saat itu pula pertama kali aku tertarik pada lawan jenis. Beberapa hari berlalu dengan biasa-biasa saja, sampai akhirnya aku melihatnya lagi sedang membereskan kelasnya, dan ya ternyata dia adalah Ridwan, siswa kelas 2F yang kelasnya persis bersebelahan dengan kelasku. Pada hari-hari berikutnya aku diam-diam mencari segala infornasi yang berhubungan dengan dia, dan anehnya semua informasi yang aku dapat semakin membuat ku mengagumi sosoknya, dan meskipun aku belum pernah bercakap-cakap dengannya, harus ku akui aku menyukainya.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Hari ini adalah hari pertamaku masuk sekolah saat kenaikan kelas. Semua anak sibuk mencari kelas barunya di papan pengumuman. Aku sendiri sedang menunggu temanku sekaligus menunggu papan pengumuman itu sepi dari kerumunan anak-anak. Linda pun datang dan kami berdua langsung menuju papan pengumuman. Satu persatu ku baca kertas-kertas itu dengan atensi penuh, dan ternyata aku masuk di kelas 3A. Tapi aku tak lantai berhenti, entah mengapa memori jangka panjang ku dengan cepat memunculkan nama Ridwan, dan seketika itu aku iseng mencari namanya juga, aku sangat terkejut sekaligus senang saat melihat namanya juga tertera di kelas 3A, dia sekelas denganku!.

Semua anak bergegas masuk ke kelas barunya termasuk aku, seperti biasa aku duduk dengan Linda, lalu aku melihat Ridwan memasuki kelas dan duduk persis di sebelahku,sesuaidengan yang ku harakan. Hari ini semua siswa di kelas saling berkenalan satu sama lain. Aku juga berkenalan dengannya dengan sebiasa mungkin, aku tak mau dia mengetahui perasaanku yang sebenarnya, aku tersebut akan mengganggu keakraban kami. Beberapa bulan berlalu dengan cepat, kami berdua semakin akrab tapi hanya sekedar akrab seperti teman biasa, meski begitu aku tetap senang dapat mengenalnya lebih jauh. Sampai suatu saat salah satu teman kelasku memergoki dia yang sedang mengingatkan jaketku yang ketinggalan di dalam kelas, dan kabar tersebut menyebar ke seluruh siswa kelasku. Mulai saat itu kami menjadi bahan olok-olokan teman sekelas, mereka menuduh kami sudah berpacaran tapi sayangnya hal itu membuat kami semakin jauh, kami jadi jarang mengobrol karena takut teman-teman kelas menyangka yang tidak-tidak. Mulai saat itu juga dia jarang menyapaku apalagi mengingatkan jaketku yang ketinggalan di kelas, itu cukup membuat ku sedih.

Tidak terasa semua siswa tiga sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional, semua siswa mulai sibuk belajar dan bimbel termasuk aku. Tapi sayangnya persiapanku menuju UNAS harus terganggu dengan perasaan galau, akhir-akhirini aku mendengar kabar bahwa dia telah berpacarandengan orang lain yang tak lain teman kelasku sendiri, mendengar kabar ituemosi ku berubah menjadi sedih dan tak tenang. Akhirnya kuputuskan untuk mencari tau nomor teleponnya dan menanyakan hal itu padanya. Selang beberapa hari temanku memberitahu bahwa kabar tersebut benar, aku begitu terpukul dan terpuruk, bagaimana tidak, kabar itu muncul saat aku mulai dekat kembali dengannya.

Tapi dia meyakinkanku bahwa hubungan mereka telah lama usai, dan karena rasa cintaku yang terlalu besar untuknya, aku dengan mudahnya memaafkan dia dan melupakansemua rasa sakit yang kurasakan.

Tak lama dari peristiwa tersebut tepatnya setelah UNAS selesai kami lalui, dia menyatakan cintanya tepat pada tanggal ulang tahunnya, tak bisa ku jelaskan perasaanku pada saat itu, emosi bahagia ku memuncak hingga tak dapat dijelaskan hanya sekedar dengan kata-kata. Kemudian kami berdua melanjutkan ke sekolah yang sama tapi kami masuk ke kelas yang berbeda. Kurang lebih tiga bulan ku lalui hubungan dengannya dan rasa cintaku tak pernah berkurang sedikitpun. Tapi petaka itupun datang, dia memutuskan ingin berpisah denganku dengan alasan yang sangat tidak logis, aku hanya bisa pasrah mendengar keputusannya. Hari-hari ku pada saat itu sangat kelam, hampir setiap malam aku menangis, teman-temanku puntakut aku frustasi. Selang beberapa bulan lukaku tak kunjung sembuh, bayang-bayangnya selalu menghantui hidupku, dan akhirnya aku memutuskan untuk melampiaskannya pada laki-laki lain. Sejak saat itu aku menjalin hubungan dengan beberapa laki-laki hanya untuk melampiaskan sakit hatiku, mungkin aku terkesan jahat, tapi sebenarnya akupun tak ingin melakukannya.

Hari-hari ku disekolahku berjalan lancar, aku tak pernah lagi mencoba untuk menghubunginya atau mendekatinya lagi. Walau sebenarnya aku tetap mengawasinya dari kejauhan karena dirinya telah masuk pada ingatan jangka panjang bahkan ingatan permanen ku. Aku bisa sedikit melupakannya karena kehadiran pasanganku yang sangat mencintaiku walaupun aku tak terlalu mencintainya.

Tak terasa aku sudah duduk di kelas tiga SMA, suatu hari aku dan temanku ingin menjenguk salah satu sahabatku yang sedang sakit, sahabat ku tersebut satu kelas dengan Ridwan dan sudah pasti dia ada di dalam rombongan pada siang itu. Siang itu berlalu begitu saja tanpa hal yang spesial, sampai akhirnya malam tiba dan sms itu sangat mengagetkanku, ya SMS itu dari Ridwan. Tak pernah ku duga bahwa dia akan menghubungi ku lagi. Tapi aku coba bersikap biasa karena pada saat itu aku sudah mempunyai pasangan. Sejak itu kami sering bertukar pesan dan mulai akrab kembali. Tak berapa lama aku memutuskan pasanganku karena suatu hal. Hal tersebut membuat hubunganku dengan Ridwan semakin dekat, diapun mulai mendekatiku lagi dengan caranya yang masih malu-malu

Setelah dua bulan berlalu, untuk yang kedua kalinya dia menyatakan cinta padaku sungguh aneh, mendengar kata-katanya membuat semua rasa sakit ku yang telah tertumpuk bertahun-tahun seketika menghilang dari memori. Aku dengan senang hati menerimanya kembali di dalam hidupku, meski aku tau resiko apa yang harus aku tanggung, namun rasa cintaku terlalu besar untuknya sehingga rasa takut dan ragupun tak dapat mengahalanginya. Ku harap tak akan ada lagi luka yang akan terukir, ku harap ini akhir dari kisah ku dengannya, dengan Ridwan cinta pertama dan semoga yang terakhir.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline