Lihat ke Halaman Asli

Kesalahan-Kesalahan yang Sering Dilakukan Guru dalam Mengajar Vocabulary

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

KESALAHAN-KESALAHAN YANG SERING DILAKUKAN GURU DALAM MENGAJAR VOCABULARY

Kosa kata ( vocabulary ) bukan hanya sekedar sebuah daftar kata yang harus diingat, lebih penting lagi adalah kemampuan kita dalam mengaplikasikannya dalam situasi dan konteks kalimat yang berbeda. Bahkan menurut penelitian, kosa kata adalah indikator yang penting dalam kesuksesan seseorang memahami bacaan ( Biemiller,2003 ). Bahaya memiliki kosa kata yang terbatas juga bisa menghambat seseorang dalam mendapatkan kesempatan bekerja di dunia yang global dan penuh persaingan. Seperti yang dikatakan oleh   Charles Anderson dalam resetnya yang diterbitkan 28 Oktober 2012 bahwa “ Low English level can hurt a countries’progress. Country with poor English language skills also have lower levels of trade, innovation, and income” English is key to innovation and competitiveness ( Michael Lu, senior vice president of Education First ).

Bagi pembelajar bahasa Inggris, minimnya kosa kata mempengaruhi kepercayaan diri dalam menyampaikan maksud atau gagasan-gagasan mereka, yang berakibat pada “language delay” atau lambatnya seseorang mempelajari bahasa. Sehebat apapun penguasaan seseorang dalam grammar, jika tidak diimbangi dengan kosa kata yang luas akan berdampak pada stagnasi dimana kita menjadi buntu, ibarat kita berkeinginan membeli banyak barang, namun uang kita tidak mencukupi untuk membeli.

Ada banyak cara dalam memperkaya kosa kata, sayangnya masih banyak guru bahasa Inggris yang terjebak dengan gaya belajar yang justru kontra-produktif yang pada gilirannya membuat kesan bahwa bahasa Inggris itu susah dan sangat rumit. Akibatnya pembelajar bukannya termotivasi, namun sebaliknya menjadi malas dan seringkali mind-set “bahasa Inggris itu susah”membawa dampak psikologi yang tidak kondusif dalam pembelajaran.

Jika pemilihan metode pembelajaran yang kurang tepat dan efektif terjadi pada anak-anak, ini akan berdampak panjang sampai mereka dewasa. Anak-anak menghadapi lebih banyak aspek dalam belajar bahasa, ini karena selain umumnya mereka masih mudah lupa, dikotomi dalam membaca dan menulis menjadi kendala bagi mereka. Perbedaan signifikan dalam membaca dan menulis adalah kendala utama bagi anak-anak. Karena itu seorang guru harus jeli dalam menentukan gaya belajar dan metode yang bisa memberikan rasa nyaman namun tetap ada unsur belajarnya atau “fun learning”.

Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dalam pengajaran vocabulary adalah:

1.Guru mengharuskan siswanya menggunakan kamus untuk mencari kosa kata baru lebih dari 10 kata per hari.

2.Kosa kata yang baru hanya digunakan dalam 1 konteks kalimat. Sehingga

ketika mereka menemui kata yang sama dalam konteks kalimat berbeda

menjadi bingung, pasif dan kurang kreatif dalam bermain kata-kata.

Semestinya memberikan contoh dalam beberapa kalimat yang berbeda

untuk satu  kosa kata yang baru dipelajari.

Pengulangan kata juga akan sangat membantu proses penanaman dalam

pikiran pembelajar ( reinforcement ).

3.Pembelajar hanya dikenalkan kosa kata baru dan mengabaikan pronunciation / pengucapan yang benar, seringkali guru membaca hanya berdasarkan asumsi saja, atau berspekulasi terhadap benar tidaknya pengucapannya. Sehingga banyak muncul masalah dalam listening atau ketika dihadapkan pada native, kata yang sebenarnya sudah tahu namun terdengar asing atau tidak familiar.

4.Kesalahan dalam memilih bacaan. Bacaan akan efektif dan powerful dalam memperluas kosa kata seseorang bila contentnya cocok atau sesuai kapasitas bahasa pembelajar. Setidaknya tidak lebih dari 5-10 kosa kata yang baru bagi pembaca. Namun alih-alih mencari tahu arti kata baru, jika terlalu banyak kata yang tidak diketahui, yang ada justru rasa frustasi serta “demotivasi”.

5.Guru memberikan latihan-latihan tertulis tanpa meminta pembelajar untuk membaca dengan keras, padahal membaca sangat membantu lidah agar terlatih mengucapkan kata-kata dalam bahasa Inggris. Selain itu juga guru dapat mengoreksi kesalahan pengucapan.

Semoga akan lebih banyak guru yang menghindari cara-cara belajar yang kurang efektif seperti diatas.

Seorang guru sejati akan mengajar dengan hati, dia mampu membaca apa yang diinginkan dan dibutuhkan pembelajar. Dia juga akan memastikan bahwa metode yang digunakan antar satu dengan lainnya memerlukan “self approaching” berbeda-beda. Proses pembelajaran haruslah bervariasi, tidak monoton, menggunakan berbagai alat bantu ajar. Sehingga suasana belajar menjadi menyenangkan, dan satu hal yang penting, seorang guru yang hebat akan menginspirasi pembelajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline