Fenomena klasik yang terjadi di masyarakat saat ini adalah "kesurupan" sebagaimana tak jarang beberapa media massa di negeri kita menyiarkan berita kesurupan atau kemasukan setan. Bahkan salah satu penyebab Indonesia tidak menjadi negara maju sejak diproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah karena kepercayan animisme yang berkembang di Indonesia. Bahkan para Wali Songo pahlawan penyebar Islam di tanah Jawa memadukan paham animisme dan ajaran Islam dengan niat agar mudah diterima di kalangan masyarakat kala itu. Lantas, mengapa kesurupan atau kemasukan setan sering terjadi di negeri kita?
Ditinjau dari segi kebudayaan, Indonesia terdiri atas berbagai macam keanekaragaman budaya yang mana tidak sedikit bahkan hampir seluruh kebudayaan yang ada di Indonesia telah bercampur baur dengan paham animisme. Jika kita menelaah lebih dalam, lahirnya negara Indonesia dilatar belakangi oleh kepercayaan - kepercayaan animisme dari nenek moyang kita terdahulu yang masih melekat hingga sekarang meski saat ini kita berada di era modern. Sedikit contoh tradisi aluk todolo masyarakat suku Toraja di kabupaten Mamasa atau Tradisi dan ritual mayat berjalan yang melibatkan jin dalam ritual tersebut.
Ilmu psikologi juga memberikan penjelasan tentang kesurupan :
1) Keadaan disosiasi, saat seseorang seakan terpisah dari dirinya;
2) Hysteria , saat seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya, Sebagaimana dikisah dalam sebuah hadist
Seorang wanita mendatangi Nabi dan ia berkata: "Sesungguhnya aku sering pingsan dan auratku terbuka, maka tolong berdo'a pada Allah untukku! Jawab Nabi : jika kamu bersabar maka bagimu adalah surga, namun jika engkau tetap berkehendak untuk dido'akan, aku akan berdo'a pada Allah agar menyembuhkanmu. Jawab wanita tersebut: aku memilih sabar. Namun tolong berdo'a pada Allah agar auratku tidak terbuka. Maka Nabi berdo'a untuknya"
3) Split personality , saat pada diri seseorang tampil beragam perilaku yang dimunculkan oleh "pribadi" yang berbeda. Penjelasan ini seringkali mengalami benturan dengan kenyataan-kenyataan budaya.
Firman Allah dalam Q.S. Adz - zariyat : 56
Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia selain untuk beribadah kepadaku
Sebagaimana firman Allah tersebut dapat kita ketahui bahwa Allah S.W.T. tidak hanya menciptakan manusia sebagai mahluk tetapi juga jin. Dan dari ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa jin dan manusia memiliki tugas yang sama yakni untuk beribadah kepada Allah. Selain beribadah jin dan manusia juga memiliki kesamaan lain seperti memiliki kebutuhan biologis yakni : makan, memiliki tempat tinggal, berbicara, dan memiliki keturunan sebagaimana sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Ubai bin Ka'abt
Dari Ubay bin Ka'abt menceritakan bahwa ia mempunyai sebaskom kurma namun selalu berkurang. Pada suatu malam ia mencoba menjaganya tiba-tiba muncul seekor binatang sebesar anak remaja. Maka ia memberi salam kepadanya, lalu binatang tersebut menjawab salamnya. Ubay bertanya: siapa kamu? Jin atau manusia? Jawabnya: bukan manusia akan tetapi Jin. Ubay berkata: coba perlihatkan tanganmu kepadaku! Maka ia memperlihatkan tangannya kepada Ubay, tangan mirip tangan anjing dan berbulu mirip bulu anjung pula. Ubay berkata lagi: seperti inikah bentuk ciptaan jin? Jawabnya: sesunggunya para jin tahu bahwa di tengah-tengah mereka ada yang lebih mengerikan dari pada aku. Ubay bertanya: kenapa kamu datang kesini? Jawabnya: kami mendengar bahwa kamu orang yang suka bersedekah, kami kesini karena ingin mendapat bagian dari makananmu. Ubay bertanya: apa yang dapat menjaga kami dari gangguan kalian? Jawabnya: ayat yang terdapat dalam surat Al Baqorah (ayat Kursi). Barangsiapa yang membacanya di sore hari maka ia terjaga dari kami sampai pagi hari. Barangsiapa yang membacanya di pagi hari maka ia terjaga dari kami sampai sore hari. Besok paginya Ubay mendatangi Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam dan menceritakan perihal tersebut kepadanya. Jawab Rasulullah : Sikeji itu telah jujur