Lihat ke Halaman Asli

Jejak Kasih Ibu

Diperbarui: 22 Juli 2024   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar pinterest/ Ch. Venkata

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi perbukitan hijau, tinggalah seorang ibu tua bernama Nenek Maria bersama anak perempuannya yang bernama Zara. Nenek Maria adalah seorang buruh cuci yang bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka berdua. Meskipun penghasilannya hanya cukup untuk membeli beras, Nenek Maria selalu berusaha yang terbaik untuk Zara.

Zara, meskipun sudah dewasa, sering kali bersikap kasar dan tidak sabar terhadap ibunya. Ia selalu menuntut uang dari Nenek Maria untuk memenuhi keinginannya tanpa mempertimbangkan keterbatasan ibunya. Meski begitu, Nenek Maria tetap sabar dan rela meminjam uang dari tetangga kaya mereka, Bu Rini, untuk membelikan apa yang diminta Zara.

Suatu hari Zara keluar dari rumah dengan wajah murung, diikuti oleh Mia dan Rani, dua temannya yang menunggunya di ujung jalan.

"Apa yang terjadi, Zara? Kok kelihatan murung sekali?" tanya Mia, mencoba mencari tahu penyebab perubahan suasana hati Zara.

Zara menarik nafas dalam-dalam sebelum menjawab, "Tidak apa-apa. Aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar."

Rani melirik Mia dengan tatapan yang bertanya-tanya, lalu berkata, "Baiklah, tapi jelas ada yang mengganggumu. Ceritakan pada kami, Zara."

Zara menundukkan kepala sejenak sebelum akhirnya mengungkapkan perasaannya, "Kamu tahu, Mia, Rani... Mereka selalu mengolok-olokku karena ibuku hanya seorang buruh cuci. Mereka meremehkan aku karena itu."

Mia dan Rani saling pandang sebelum Mia berkata dengan nada sinis, "Memangnya kita harus menghormati anak buruh cuci? Kamu tahu kan kalau hidupmu bisa lebih baik kalau kamu memaksa ibumu memberimu lebih banyak uang."

Rani menimpali, "Iya, Zara. Kamu harus terus meminta uang dari ibumu. Siapa tahu bisa mengubah nasib kita."

Zara merasa semakin tersinggung dengan kata-kata mereka, namun dia merasa terjebak di antara keinginan untuk menunjukkan bahwa dia berharga dan rasa malunya karena keadaan keluarganya. "Benar juga sih apa yang kalian bilang,ibu ku itu selalu saja tidak mampu membelikan apa yang aku mau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline