Di malam yang gelap dan sunyi, di tengah hutan yang rimbun dan angker, empat anak sekolah duduk berkeliling api unggun. Mereka adalah siswa-siswa SMP negeri 1 mekar sari yang sedang mengikuti perkemahan di hutan terpencil. Suasana cenderung ceria meskipun kegelapan malam mulai menyelimuti.
Salah satu dari mereka, Ryan, duduk dengan wajah skeptis. "Apa sih yang kalian takuti dari hutan ini? Hanya cerita menakutkan belaka," ucapnya dengan nada meremehkan.
"Lho, Ryan, kamu percaya gak sih sama wanita hantu bersiul?" tanya Maya, salah seorang temannya, dengan mata membulat.
"Wanita hantu bersiul? Ah, itu cuma mitos orang-orang kampung," balas Ryan sembari mengangkat bahu acuh tak acuh.
Tapi Beni, anak yang lain, menyela, "Tapi temanku dulu pernah lihat sendiri! Katanya sih kalau kamu mendengar siulan, berarti dia dekat."
Anak keempat, Ana, memilih untuk berdiam diri, hanya tersenyum-senyum mendengarkan percakapan mereka.
"Ya sudah, kalau gitu, kita harusnya mencoba mencari tahu sendiri. Ayo, kita masuk lebih dalam ke hutan ini," tantang Ryan, mencoba membuktikan bahwa semua itu hanya cerita bohong.
Maya menatapnya dengan pandangan khawatir, "Ryan, jangan bodoh. Hutan ini dilarang untuk dimasuki malam hari."
Namun, Ryan sudah memutuskan langkahnya. Ia berdiri dan tanpa ragu memasuki kegelapan hutan yang semakin tebal. "Kalian ikut atau tidak, itu urusan kalian," ucapnya sambil menghilang di balik rimbunnya pepohonan.
"Mungkin dia benar-benar tidak percaya dengan cerita itu," ujar Ana, mencoba menenangkan diri dan teman-temannya.