Lihat ke Halaman Asli

Perahu Kertas Merah dan Kenangan

Diperbarui: 18 Juli 2024   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar AI

Di tepi pantai yang indah itu, hiduplah seorang wanita bernama Maya. Dia tinggal di sebuah rumah kecil tepat di dekat pantai, di mana ia menjalani kehidupan yang sederhana namun penuh kebahagiaan. Maya memiliki rambut hitam panjang yang tergerai indah, kulit putih yang memesona, dan sepasang mata biru seperti berlian yang memancarkan pesona siapapun yang melihatnya.

Setiap pagi, Maya senang mengayuh sepedanya menyusuri tepi pantai, menikmati semilir angin pagi yang menyegarkan dan suara deburan ombak yang menenangkan. Dia dan ibunya seorang penjual makanan ringan di pesisir pantai, tempat di mana wisatawan sering singgah untuk menikmati keindahan laut dan matahari terbenam yang Dengan pendapatan yang seadanya maya dan ibunya tidak pernah mengeluh, ayahnya adalah seorang pemandu wisata di sana.

Di waktu luangnya, Maya suka membuat perahu kertas. Setiap kali dia merasa bahagia, sedih, atau memiliki harapan yang ingin disampaikan, dia akan menuliskannya di perahu kertas itu sebelum melepaskannya ke lautan. Maya percaya bahwa setiap perahu kertas yang dia lepaskan akan membawa pesan-pesan tersebut ke tempat yang jauh dan mungkin menemukan seseorang yang membutuhkannya.

Suatu hari, di tengah kesibukannya membuat perahu kertas, Maya bertemu dengan seorang laki-laki yang baik dan tampan bernama Adam. Mereka berdua saling terpesona satu sama lain, akhirnya karena sering bertemu sebuah ikatan perasaan terjalin di antara mereka berdua. Adam dan Maya sering kali menghabiskan waktu bersama. Mereka akan berjalan-jalan di sepanjang pasir yang halus sambil mendengarkan suara deburan ombak yang menenangkan. Maya akan mengumpulkan kerang-kerang kecil yang tersebar di tepi pantai, sementara Adam mengamati setiap gerakan indah Maya.

Suatu hari, saat mereka duduk bersama di bawah pohon kelapa yang rindang, Adam memberikan kalung berbentuk kerang ke Maya. "Kalung ini adalah hadiah kecil sebagai tanda persahabatan kita," kata Adam dengan senyuman hangatnya.Maya tersenyum penuh haru sambil menerima kalung tersebut. "Terima kasih, Adam. Aku akan selalu mengingatnya," ucapnya dengan suara lembut.Namun, kehidupan terus berjalan. Ayah Maya mendapatkan pekerjaan baru yang menjanjikan di sebuah kota yang jauh dari pantai tempat mereka tinggal. Maya harus pindah bersama keluarganya, meskipun hatinya terasa berat meninggalkan tempat yang telah menjadi rumah dan juga Adam, teman baiknya.

Mereka berdua menghabiskan waktu terakhir mereka di pantai. Adam membuat perahu kertas berwarna merah, warna favorit Maya, dan menuliskan harapannya agar Maya selalu bahagia di kota baru mereka. Maya juga membuat perahu kertas biru sebagai kenang-kenangan untuk Adam.

"Dalam setiap perahu kertas ini, ada harapan dan doa dari hati kita," kata Maya sambil menyerahkan perahunya kepada Adam.

Adam tersenyum tipis, mencoba menahan rasa sedih yang melanda. "Kita akan selalu terhubung, Maya. Meskipun jarak memisahkan kita, ingatlah bahwa pantai ini selalu akan menjadi tempat kita bertemu dalam ingatan kita."Dengan berat hati, mereka berdua berpisah di pantai tempat mereka sering kali menghabiskan waktu bersama. 

Untuk mengobati rasa rindunya Adam sering mengunjungi pantai setiap sore hari, duduk di tempat favorit mereka di bawah pohon kelapa, mengingat masa-masa bahagia yang pernah mereka miliki.

Bertahun-tahun berlalu. Adam tetap setia pada kenangan itu. Dia tidak pernah menikah, karena hatinya selalu terikat pada Maya, meskipun mereka telah berpisah begitu lama. Adam yang belum menyatakan perasaannya akhirnya hanya mengubur perasaan itu dan menitipkannya pada deburan ombak.

Adam tetap setia menunggu di pantai, meskipun kerutan dan uban telah menghiasi wajahnya.Adam akan membuat perahu kertas merah, warna favorit Maya, dengan harapan bahwa suatu hari nanti kekasih hatinya itu akan kembali ke hadapannya dengan senyuman hangat yang sangat ia rindukan.Suatu hari, ketika matahari hampir terbenam di ufuk barat, seorang gadis kecil dengan rambut hitam dan mata biru menghampiri Adam dengan penuh rasa ingin tahu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline