Mengendarai kendaraan bermotor tidak hanya dengan kemampuan menyetir, tapi juga memiliki pemahaman bersosial, karena pengemudi berada di ruang publik. Untuk itu, memiliki SIM saja tidak berarti anda adalah pengemudi bersosial. Berikut ini adalah lima tips yang saya simpulkan penting bagi pengemudi setelah pengalaman saya menyetir di beberapa negara.
Pertama: Kenalilah Tipe Jalanan dan Pengguna-nya
Tipe jalanan di negara manapun sebenarnya memiliki karakteristik yang sama dan anda tidak perlu repot-repot membuka buku aturan lalulintas negara atau kota setempat untuk mencari tahu batas kecepatan di jalanan tersebut bila memahami karakteristik jalanan. Harus diingat, pengguna jalan bukan saja pengemudi berkendaraan bermotor tapi juga pejalan kaki, pengemudi sepeda dan ini termasuk pengguna jalan yang berolahraga dengan rollerblade, skate-board atau lari. Sementara di daerah pedesaan, atau negara seperti Kuba atau daerah Skotlandia, tidak dipungkiri, hewan-hewan ternak seperti sapi dan domba dapat saja berjalan melintas jalanan. Walaupun tidak masuk dalam kategori pengguna jalan yang dimaksudkan di sini, ketika hewan-hewan memasuki jalanan, ada baiknya sabar di belakang kemudi dan menunggu mereka melintas.
[caption id="" align="alignnone" width="580" caption="Sapi di tengah-tengah jalan penghubung antar kota di Kuba"][/caption]
Tipe jalan pertama adalah jalanan dengan pemukiman yang padat. Tipe jalan ini seperti jalanan di gang-gang kecil di perkotaan, dan kompleks perumahan. Jalanan ini biasanya mayoritas penggunanya adalah pejalan kaki dan pengemudi sepeda. Karenanya, batas maksimal kecepatan di daerah seperti ini seharusnya adalah antara 15 hingga 30 km/jam. Kecepatan ini memang sangat minim dan ini demi keselamatan pengguna jalan lainnya. Di daerah pemukiman bisa berarti anak-anak dapat bermain dan menyebrang sana sini karena daerah tersebut adalah daerah tempat tinggal mereka.
Tipe kedua adalah jalan perkotaan. Karakteristik jalanan ini biasanya terdapat bangunan-bangunan seperti apartemen, perkantoran, mall, atau balai pertemuan, halte bis/tram, jembatan penyebrangan dan zebra cross. Di beberapa negara yang saya ketahui mewajibkan maksimal kecepatan di daerah ini adalah 50-60 km/jam. Kecepatan di atas tersebut akan menyulitkan pengemudi untuk berhenti dengan aman ketika ada pejalan kaki melintas di zebra cross atau berhenti ketika lampu merah. Perlu diketahui, di kebanyakan negara, pejalan kaki yang melintas di zebra cross memiliki prioritas mutlak.
Tipe ketiga adalah jalan raya/jalan penghubung antar kota. Karakteristik jalanan ini seperti kita temui di jalan tol dalam kota di Jakarta, jalanan penghubung antar kota dan jalanan untuk pengemudi kendaraan bermotor dengan kecepatan di atas 45 km/jam. Maksimal kecepatan di jalanan ini tergantung peraturan di negara setempat dan dapat dilihat dari tanda lalulintas ketika pengemudi memasuki daerah tersebut. Di negara-negara Uni Eropa, misalnya, bisa ditemui jalan raya dengan kecepatan maksimal 80 km /jam hingga 130 km/jam. Di Jerman, ada beberapa jalan raya yang tidak memiliki batas maksimal kecepatan, dan inipun telah mendapat kritikan keras karena dianggap tidak aman dan meningkatkan emisi karbon. Perlu dipahami, di jalanan seperti ini pun bisa mengalami kemacetan sehingga selalulah berkonsentrasi ketika menyetir di jalananan tipe ini.
[caption id="" align="alignnone" width="580" caption="Kemacetan di jalan raya antara Rotterdam-Den Haag, di Belanda"] [/caption]
Kedua: Kenali dan Patuhi Rambu-Rambu dan Aturan Lalu-Lintas yang Berlaku
Rambu-rambu lalu lintas pada umumnya bersifat universal dan dapat dimengerti walaupun berbahasa asing. Biasanya rambu-rambu tersebut dipasang bukan untuk hiasan tapi memperingati pengguna jalan agar waspada. Bisa jadi di daerah tersebut sering terjadi kecelakaan. Jangan pernah menghiraukan rambu-rambu lalu lintas, karena mereka dibuat untuk melindungi anda agar tiba di tujuan dengan selamat.
Selain itu, diberbagai negara melarang keras mengemudi dalam kondisi pengaruh obat-obatan dan minuman keras. Hal ini pun berlaku bila anda mengkonsumsi obat kesehatan yang dapat mempengaruhi konsentrasi anda. Selalu cek di label obat yang dikonsumsi untuk menjamin anda tetap dapat berkonsentrasi ketika mengemudi.
[caption id="" align="alignnone" width="580" caption="Simbol yang dapat dimengerti setiap pengemudi"] [/caption]
Ketiga: Lihat, Lihat, Lihat (3L) Ketika Melakukan Manuver
Mobil atau motor memiliki kaca-kaca spion yang diharapkan dapat membantu pengemudi. Hal ini tidak cukup karena kendaraan bermotor memiliki “blind-spot”. “Blind spot” ini berada di daerah belakang samping kanan dan kiri kendaraan anda. Untuk mengatasi hal ini, ketika melakukan manuver seperti pindah ke jalur kanan atau kiri, sebelum menyalakan tanda dan melakukan manuver, sebaiknya anda melihat kaca-kaca spion dan daerah “blind spot” kendaraan anda: Lihat kaca spion dalam mobil, Lihat kaca spion samping mobil dan Lihat "blind spot" di belakang bahu anda. Pengalaman saya sebagai pengemudi di daerah “blind spot” mobil lain, saya tidak dapat melihat tanda manuver dari pengemudi tersebut. Walaupun anda memiliki ekstra kaca blind-spot di samping atau dalam mobil anda, strategi “3L” ini masih layak diberlakukan untuk keselamatan bersama.
[caption id="" align="alignnone" width="580" caption="Blind Spot, sumber: http://media.daimler.sk/ dan http://digitaltsunami.co.uk/"] [/caption]
Strategi ini pun berlaku ketika anda akan keluar dari tempat parkir. Di berbagai negara, pengemudi yang akan keluar dari tempat parkir harus memberikan prioritas kepada pengemudi yang sudah ada di jalanan, bukan sebaliknya.
Keempat: Perbaikilah Kesalahan Pengemudi Lain
Ini berarti anda berlaku sosial sebagai pengemudi di ruang publik. Perilaku sosial ini akan mengurangi stress dalam mengemudi. Tidak hanya di Indonesia, di negara majupun banyak pengemudi yang anti sosial dan kalau dihadapi dengan emosi hanya akan menambah stress perjalanan anda. Perbaiki kesalahan mereka dengan mengambil tindakan alternatif. Misalnya ketika seseorang memarkirkan mobilnya di tengah jalan, tidak perlu klakson berkali-kali dan memaki-maki si pengemudi anti sosial ini, cukup dengan klakson sekali dan lakukan manuver ke arah lain.
Menjaga jarak ketika mengemudi juga dapat menghindari kecelakaan ketika pengemudi lain melakukan kesalahan. Pengalaman saya terjadi ketika mobil di depan saya mendadak berhenti karena dia tidak melihat ada mobil lain yang akan melintas. Karena adanya jarak yang cukup, saya bisa berhenti tepat waktu tanpa menyentuh mobil di depan saya.
Contoh kelakuan pengemudi bersosial yang saya temui di Belanda adalah ketika ada mobil ambulans, pemadam kebakaran dan polisi dengan sirene yang menyala, para pengemudi segera memberikan jalan walaupun kami dalam kondisi jalanan yang macet parah. Terus terang saya suka terenyuh melihat pengemudi-pengemudi dengan perilaku sosial seperti ini.
Kelima: Kenali Kondisi Kendaraan Anda
Kemacetan tidak hanya terjadi karena banyaknya kendaraan dan kurangnya ruas jalan, tapi juga karena kendaraan yang rusak di jalanan. Untuk menghindari hal tersebut, ceklah kendaraan bermotor anda secara rutin dan tidak harus selalu melalui cek di bengkel. Hal-hal penting yang dapat dicek tanpa bantuan montir adalah oli mobil, tekanan udara roda, kondisi rem, lampu mobil dan air untuk penghapus kaca mobil. Untuk mesin mobil, saya sarankan bagi pengemudi mobil usia di atas lima tahun untuk mengeceknya secara berkala.
Semoga tips ini dapat membantu rekan-rekan pengemudi kendaraan bermotor di Indonesia agar selamat sampai tujuan, tidak stress dalam perjalanan dan menjadi pengemudi impian setiap pengguna jalanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H