Assalamualaikum wr wb
Halo Sahabat Kompasianaa!
Kita bertemu lagi nih hehe, semoga sahabat kompasiana tidak bosan yaa. Di tulisan kedua kali ini kita masih membahas seputar bimbingan dan konseling nih!
Tema yang akan kita ulik ialah "Guru BK bukanlah Voldemort para siswa". Hmm, apakah benar? Kalau mau tahu kejelasannya baca hingga akhir yaa!
Apa yang kalian pikirkan pertama kali ketika mendengar guru BK? Gudang permasalahan? Akses penghakiman? Atau bahkan Voldemort para siswa? Wkwk.
Itu bukan suatu hal yang mengejutkan sebenarnya. Bisa dikatakan sudah menjadi rahasia umum bagi siswa di sekolah bahwa guru BK adalah seseorang yang jahat, licik dan membenarkan segala cara untuk mencapai tujuan agar siswa yang dituju mengakui kesalahan yang telah diperbuat.
Maka hal tersebut tidak lagi menjadi sesuatu yang mengejutkan karena bahwasanya di Jawa Timur, tempat asal saya sendiri guru BK kerap kali dijuluki sebagai "Voldemort sekolah".
Alasan yang melatarbelakangi hal tersebut ialah karena yang terlihat dari sudut pandang siswa guru BK hanya muncul ketika timbul suatu permasalahan yang bagi mereka "penghakiman" adalah jalan satu-satunya dari sebuah proses pemecahan masalah.
Nah, adanya saya disini ingin meluruskan hal tersebut karena sebagai calon guru BK kedepannya, hal-hal seperti intimidasi dan penyidangan InshaAllah tidak akan menjadi pilihan bagi kami para Konselor dalam mengatasi sebuah permasalahan.
Sedikit bercerita, dulu di tempat saya guru BK adalah seseorang yang cukup ditakuti oleh semua siswa. Bahkan mereka jarang sekali menyebut nama atau bahkan sekedar mengatakan 'guru BK' ketika sedang membicarakannya.
Jika kehidupan sekolah saya bisa dimasukkan dalam series 'Harry Potter', kami akan menyebutnya sebagai 'kau tahu siapa' hahaha.