Lihat ke Halaman Asli

Traffic Jam In Jakarta

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemacetan sudah menjadi makanan sehari-hari bagi warga Jakarta khususnya. Volume kendaraan yang setiap hari bertambah banyak tidak seimbang dengan kapasitas jalan yang tersedia, ditambah lagi dengan para pengendara yang tidak tertib dengan peraturan lalu lintas. Berbagai usaha yang telah di terapkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya belum mampu memberantas masalah ini.

Banyak berita yang telah ditayangkan oleh stasiun televisi swasta di Jakarta mengenai solusi untuk mememberantas masalah yang selalu menimpa ibu kota. Setelah diterapkannya jalur 3 in 1 ternyata hasil yang diinginkan belum sempurna. Pada tahun 2013 (bulan oktober) mendatang gubernur DKI Jakarta, bapak Jokowi-Ahok berencana menggunakan sistem pelat nomor ganjil genap dan sistem warna kendaraan. Kebijakan ini diprediksikan ampuh untuk mengurangi kemacetan di Jakarta hingga 50 persen khususnya di jalan protokol.

Sistem pelat nomor ganjil genap akan dilakukan uji coba pada hari senin dan jumat,  karena dinilai sebagai puncak kemacetan terparah. Penerapan ganjil genap ini tidak berlaku disemua jalur, hanya di jalur busway saja. Kebijakan ini tentunya sangat membutuhkan pengawasan dari pihak kepolisian yang turun ke lapangan. Kebijakan ini akan beriringan dengan pemberlakukan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) Elektronik, agar memudahkan pengawasan dalam penerapan sistem ganjil genap. Dengan adanya STNK elektronik maka pengendara tidak akan bisa memodifikasi platnya. Karena sudah terekam dalam chip nomor platnya. STNK Elektronik tersebut akan tertempel di kendaraan dan apabila kendaraan itu melintas pasti akan terdeteksi ganjil genapnya oleh alat sensor.

Sistem genap ganjil sudah diberlakukan di kota-kota besar dunia seperti Beijing, China dan kota besar lain di Eropa, dan terbukti sukses mengurangi kemacetan. Namun itu semua kembali kepada pribadi masing-masing, tergantung kita sebagai masyarakat apakah akan melakukan perubahan dengan pengorbanan atau akan semakin parah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline