Lihat ke Halaman Asli

Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun 1948

Diperbarui: 31 Mei 2022   11:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Untuk mencapai Indonesia yang saat ini kita rasakan tentu saja sebelumnya Indonesia mengalami berbagai peristiwa penting yang berkaitan dengan pengambilalihan kekuasaan dari tangan pemerintahan yang sah. Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun 1948 merupakan salah satu contohnya. 

PKI atau Partai Komunis Indonesia sudah sangat dikenal sebagai partai yang seringkali melakukan pemberontakan untuk menggulingkan kekuasaan pemerintahan yang sah. Meletusnya peristiwa di Madiun pada tahun 1948 ini merupakan salah satu usaha yang dilakukan PKI untuk mewujudkan Negara Komunis Indonesia. 

Semenjak kedatangan Musso yang merupakan seorang tokoh komunis yang sejak lama berada di Moskow dan kemudian mengajukan “jalan Baru” bagi PKI yang didirikan pada 9 Mei 1914 bersama dengan Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dibentuk pada tanggal 28 Juni 1948 oleh kelompok Amir Syarifudin yang pada saat itu menempatkan diri sebagai oposisi terhadap kabinet Hatta. 

Peristiwa Madiun terjadi hanya berjarak tiga tahun setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945. Baik Orde Lama maupun Orde Baru pada saat itu menyebut Peristiwa Madiun 1948 ini sebagai sebuah pemberontakan atau “coup d’etat”. 

Keduanya menyebutkan bahwa pada saat itu terjadi sebuah Gerakan pengambilalihan kekuasaan atas pemerintahan yang sah yang didalangi oleh PKI. Oleh karena itu peristiwa yang terjadi pada pertengahan bulan September 1948 ini sering disebut sebagai “Pemberontakan PKI Madiun 1948”.

Sebelum pecahnya pemberontakan di Madiun pada tahun 1948 ini tentu sebelumnya telah terjadi berbagai peritsiwa yang menjadi faktor pendorong munculnya pemberontakan. Peristiwa-peristiwa tersebut diantaranya:

  1. Perundingan Renville. Perundingan ini dianggap sebagai sebuah kegagalan Republik Indonesia dalam mempertahankan wilayahnya, karena dengan disetujuinya perundingan tersebut maka wilayah Republik Indonesia kembali diuduki oleh Belanda.
  2. Majunya Hatta sebagai perdana Menteri menggantikan Amir Syarifudin. Hal tersebut membuat hilangnya pengaruh golongan kiri dalam kabinet dan pemerintahan.
  3. Peristiwa di Delanggu dan Surakarta. Di kedua wilayah tersebut terjadi berbagai kerusuhan, dimana di wilayah Delanggu terdapat aksi yang dilakukan oleh paea buruh disana yang menentang perbandingan gaji mereka hingga menyebabkan aksi mogok kerja. Sedangkan di Surakarta terjadi bentrokan antara Divisi Siliwangi dengan Divisi IV Senopati yang saling berebut kekuasaan.

Berdasarkan faktor-faktor diatas pecahlah pemberontakan di Madiun pada tanggal 18 September 1948 dengan diprokalamasikannya negara Republik Soviet Indonesia oleh Musso. 

Hal tersebut dilakukan oleh Musso untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berasaskan Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis.  Penangkapan dan pembunuhan dilakukan oleh PKI terhadap pihak-pihak yang menentang mereka. 

Namun pada akhirnya Pemberontakan PKI Madiun 1948 ini dapat ditumpas oleh TNI dari Divisi Siliwangi yang pada saat itu berjuang untuk menangkap pihak-pihak yang terlibat dalam pemberontakan tersebut. Musso yang dianggap sebagai dalang dari peristiwa ini pun tertembak mati pada 31 Oktober 1948.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline